KRI Sultan Hasanuddin (333/366)

TNI Angkatan Laut memiliki tiga unit kapal perang jenis Frigate (FFG – Frigate, Guided Missile) kelas Hasanuddin, yaitu: KRI Martha Christina Tiahahu (331), KRI Wilhelmus Zakaria Yohannes (332), dan KRI Sultan Hasanuddin (333) yang kemudian menjadi KRI Sultan Hasanuddin dengan nomor lambung 366.

Ketiga kapal tersebut dibeli dari Inggris di pada tahun 1984, awalnya dalam jajaran Angkatan Laut Kerajaan Inggris kapal-kapal tersbut dikelompokkan dalam kelas Tribal, masing-masing HMS Zulu, HMS Gurkha, dan HMS Tartar (RN mengoperasikan tujuh buah Frigate Tribal Class).

Kapal frigat KRI Sultan Hasanuddin (366) dengan bobot tempur 2.700 long ton (standard: 2.300 long ton) ini memiliki panjang 109,7 meter dan lebar beam 13 meter. Dipersenjatai dengan meriam utama dua pucuk Vickers 55 Mk8, kaliber 114mm (4,5 inci), dua pucuk kanon Oerlikon kaliber 20mm, dan dua senapan mesin kaliber 12,7mm.

Misil yang terdapat pada kapal KRI Sultan Hasanuddin (366) ini berupa misil permukaan-ke-udara jenis GWS-20 SEACAT, satu Limbo ASW Mortar. Juga dapat didarati pesawat helikopter sejenis Westland WASP.

Perangkat elektronika pada kapal aslinya berupa radar deteksi udara Marconi Type 965, untuk radar permukaan Type 993, navigasi Decca 978, radar kendali penembakan Plessey Type 903, serta sonar hull mounted Graseby Type 177 dan Type 170B (KRI Wilhelmus Zakarias Yohannes/332 – ex HMS Gurkha menggunakan sonar Type 199 variable-depth).

https://tni.mil.id/view-140639-kri-sultan-hasanuddin-366-latihan-mailbag-transfer-dengan-kapal-perang-jerman-fgs-oldenburg-f-263-di-laut-mediterania.html

KRI Sultan Hasanuddin (366) digerakkan dengan sistem COSAG (combined steam and gas) berporos tunggal (single shaft), berupa satu unit gas turbin satu-shaft 12.500 shp (9.300 kW), 1 unit gas turbin Metrovick G-6 7.500 shp (5.600 kW). Memiliki kecepatan jelajah maksimum 25 knot, jarak tempuh maksimum 8.694 km (5.400 mil) pada kecepatan 12 knot (22 km/jam).

KRI Hasanuddin (366) saat masih dalam jajaran Angkatan Laut Kerajaan Inggris bernama HMS Tartar. Merupakan frigat kelas Tribal atau Type 81, yang merupakan general purpose frigate yang jumlahnya dalam jajaran AL Inggris sebanyak tujuh unit.

Dirancang pada tahun 1950an dan beroperasi dalam jajaran AL Inggris sejak era 1960an hingga 1970an, lalu 4 unit di pensiunkan pada awal 1980an.

KRI Sultan Hasanuddin (366) dirancang sebagai response atas meningkatnya biaya kapal perang yang berperan tunggal(single-role vessel) seperrti Frigate Type-14.  Maka Angkatan Laut Kerajaan Inggris merasa perlu adanya kapal perang multi-peran yang biayanya akan lebih ekonomis.

Utamanya untuk tugas sebagai “gunboat” di wilayah koloni Inggris, terutama di kawasan Timur-Tengah.

Oleh karenanya kapal KRI Hasanuddin dilengkapi dengan berbagai sarana persenjataan dan perangkat sensor untuk dapat menghadapi berbagai situasi ancaman, serta dilengkapi AC karena beroperasi diwilayah tropis.

Demikian kiga dengan pemilihan sistem propulsinya pada gas turbin, agar kapal dapat beroperasi secara instan diluar wilayah pangkalannya, tanpa harus sandar 4 hingga 6 jam di pangkalan untuk flash up steam builer.  Pemilihan gas turbin G6 terbukti menjadi propulsi yang universal dalam jajaran Royal Navy selama 30 tahun.

KRI Hasanuddin (333) atau ex HMS Tartar (F133) dibuat di galangan HM Dockyard, Devenport, Inggris, yang melibatkan pihak Vickers-Armstrong (Engineers) Ltd, Barrow-in-Furness untuk gas turbin dan gearing. Yarrow and Co. Ltd, Glasgow untuk gas turbin.

Diluncurkan pada bulan September 1960, dan mulai berdinas di RN pada bulan April 1963, setelah di komisi pada 26 Pebruari 1962.

Frigate kelas Tribal sempat diturunkan dalam konflik Pulau Malvinas dengan Argentina (Perang Falkland), setelah tugas tersebut HMS Gurkha, HMS Tartar, dan HMS Zulu diaktivasi kembali untuk memenuhi kebutuhan pengerahan kapal perang di Atlantik Selatan.

Setelah di lakukan program perbaikan (retrofitt) ketiga kapal tersbut di jual kepada Indonesia (1984).

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Gimana menurut Lo?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KRI Wilhelmus Zakarias Yohannes (332)

CMS Tacticos, Sistim Pendukung Komando Kendali dari Thales