KRI Lambung Mangkurat (374) (874)

Korvet Kelas Parchim

KRI Lambung Mangkurat (347) adalah salah satu korvet yang dimiliki TNI-AL sejak tahun 1993. KRI Lambung Mangkurat ini sejatinya adalah kapal Angkatan Laut Jerman Timur (Volksmarine) buatan tahun 85-an dengan nama sebelumnya Angermünde (214).

KRI Lambung Mangkurat masuk kategori Korvet kelas Parchim yang memiliki tujuan utama sebagai kapal pertahanan dan patroli khusus perairan dangkal dan sempit. Kapal ini sendiri juga digunakan dalam peperangan dengan kapal selam (anti kapal selam).

KRI Lambung Mangkurat (374) Image: Wikipedia

Kapal ini terbilang tidak besar ini, berukuran panjang sekitar 75m dan lebar sekitar 10m. Saat itu, kapal ini didesain untuk beroperasi di laut Baltik, lautan di tengah Eropa Barat yang bersinggungan dengan wilayah Norwegia, Swedia, Finlandia, Rusia, Estonia, Latvia, Lithuania, Polandia dan Jerman.

Awalnya, kapal ini diperuntukan sebagai kapal sedang yang dapat bergerak cepat untuk menghadapi ancaman kapal selam di area laut Baltik yang kurang lebih luasnya sekitar 370.000km2.

image: Shipspotting.com

Karena itu kapal ini tidak memiliki kapasitas bahan bakar yang besar dan menggunakan mesin yang relatif boros bahan bakar.

Setelah dimodifikasi oleh TNI-AL, dengan menambahkan kapasitas bahan bakar dan modifikasi lain, seperti mengganti mesin awal type M504A3 buatan Jerman Timur dengan MTU-Detroit Type 4000 kapal ini digunakan untuk patroli dan juga logistik dan berpangkalan di Armada Timur TNI-AL.

Tampak samping Korvet kelas Parchim (KRI Cut Nyak Dien (375))

Sejarah KRI Lambung Mangkurat

Jerman yang saat itu terbagi menjadi 2 (dua) bagian; Jerman Barat (mengacu pada blok Barat) dan Jerman Timur (mengacu pada blok Timur).

Tahun 80-an, Jerman Timur mengalami kesulitan ekonomi. Untuk membantu Jerman Timur, Rusia (saat itu dikenal dengan nama Uni Soviet) memesan 28 (dua puluh delapan) kapal korvet kelas Parchim ini ke perusahaan Peene-Werft GmbH & Co. KG di Jerman Timur.

Saat itu, Angkatan Laut Jerman mendapatkan 16 (enam belas) kapal dan Angkatan Laut Soviet mendapatkan 12 (dua belas) kapal.

image: Desa Seipancang

Setelah Jerman bersatu (Deutsche Wiedervereinigung) atau Reunifikasi Jerman tahun 1990, Jerman menjual kapal-kapal perangnya.

Indonesia, yang kala itu merasa perlu memenuhi kebutuhan minimum kapal perangnya, membeli 16 (enam belas) kapal ini, termasuk pembelian 14 (empat belas) Landing Ship Tank (LST) kelas Frosch dan 9 (sembilan) kapal penyapu ranjau kelas Condor.

Total pembelian 39 (tiga puluh sembilan) kapal perang eks Jerman Timur akan dibeli Indonesia.

Pada saat itu, pembelian korvet ini beserta kapal perang lainnya sempat menjadi pembicaraan ramai karena besarnya biaya yang dikeluarkan oleh Indonesia.

Kapal-kapal yang dihargai total sekitar US$ 12.600.000 ternyata memerlukan anggaran sebesar US$ 319.000.000

image: Desa Seipancang

Angka tersebut terbilang sudah disesuaikan karena sebelumnya anggaran yang diajukan sempat mencapai US$ 757.000.000 Hal tersebut sempat menjadi polemik nasional kala itu; karena biaya restorasi, perbaikan dan upgrade yang cukup tinggi.

Bahkan majalah Tempo dan tabloid Detik sempat dibreidel saat itu.

Entah kenapa dan bagaimana, akhirnya pembelian ini disetujui negara dan 39 (tiga puluh sembilan) kapal perang eks Jerman Timur ini jadi milik Indonesia.

Korvet Kelas Parchim

Persenjataan KRI Lambung Mangkurat

Memiliki jumlah awak 62 orang, KRI Lambung Mangkurat dipersenjatai dengan 2 (dua) buah rudal darat ke udara SA-N-5 SAM (Surface Air Missile), 2 (dua) kanon 57mm, 2 (dua) kanon 30mm atau bisa juga digantikan dengan 1 (satu) AK-630, peluncur roket anti kapal selam RBU-6000, torpedo 400mm dan ranjau laut.

Untuk perang elektronik (electronic warfare), KRI Lambung Mangkurat dilengkapi dengan Radar MR-302/Strut Curve dan Radar MR-123 Vympel/Muff Cob untuk kontrol tembakan.

image: blueprints.com

Spesifikasi Teknis

Negara Pembuat Jerman Timur
Mulai digunakan 1985 (Indonesia, 1994)
Awak 62 Orang
Karakteristik  
Panjang 75.2m
Lebar 9.78m
Draft 2.65m
Penggerak 3 shaft M504 Diesel, 14.250 hp
Kecepatan 24,7 knot
Jarak Tempuh 2.100 nm pada 14 knot
Radar/Sonar
  • Radar MR-302/Strut Curve Radar kontrol tembakan
  • MR-123 Vympel/Muff Cob
Persenjataan Elektronik Sonar MG-322T Decoy PK-16 decol RL
Persenjataan
  • 2 x SA-N-5 SAM (Strella)
  • 2 x 57 mm gun (1×2)
  • 2 x 30mm gun (1×2) atau 1 x AK-630
  • 2 x RBU-6000-peluncur roket anti kapal selam
  • 4 x 400 mm tabung torpedo 60 x ranjau

Gimana menurut Lo?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Pindad Maung (4×4)

Pindad Komodo (4×4)