KRI Slamet Riyadi (352) merupakan kapal perang fregat kelas Van Speijk yang nama aslinya ketika masih dioperasikan oleh angkatan laut kerajaan Belanda bernama HNLMS Van Speijk dengan nomor lambung F828 – atau dalam nama Belanda disebut sebagai Hr.Ms. Van Speijk.
Dioperasikan oleh angkatan laut kerajaan Belanda dari tahun 1967 hingga tahun 1986. Van Speijk diambil dari nama pahlawan angkatan laut kerajaan Belanda Jan Carel Josephus van Speijk 31 Januari 1802-5 Pebruari 1831), radio call-sign dari kapal tersebut adalah “PAVA”.
Setelah dibeli oleh pemerintah Republik Indonesia diberi nama KRI Slamet Riyadi, nama pahlawan Indonesia Brigadir Jenderal Ignatius Slamet Rijadi (Solo, 26 Juli 1927 – Ambon, 4 Nopember 1950), dan diberi nomor lambung 352.
Kapal ini dibuat di galangan kapal Nederlandsche Dok en Scheepsbouw Maatschappij, Amsterdam, diluncurkan pada 5 Maret 1965, kapal secara lengkap dan masuk kedinasan pada 14 Pebruari 1967 diberi nomor lambung F802.
Kapal KRI Slamet Riyadi mengalami modernisasi dan perpanjangan usia pakai mulai 24 Desember 1976 hingga 3 Januari 1979 di Den Helder, Belanda. 8 Pebruari 1982, kapal fregat Hr. Ms. Van Speijk bersama fregat Tromp, Callenburgh, Piet Hein, destroyer Hr.Ms. Overijssel dan kapal logistik Hr. Ms. Zuiderkuis berangkat dari pangkalan Den Helder menuju Amerika Serikat untuk merayakan ulang tahun hubungan diplomatik Belanda dan Amerika yang ke 200 tahun, kembali ke Den Helder pada 19 Mei 1982.
Setelah menjadi stationship di Netherlands Antilles pada 1983-1984, kapal Van Speijk beserta semua kapal saudarinya; Tjerk Hiddes, Van Galen dan Van Nes dibeli oleh pemerintah Indonesia, lalu di decommissioned pada awal tahun 1986, dan selanjutnya diserahkan kepada TNI Angkatan Laut pada 1 Nopember 1986.
KRI Slamet Riyadi memiliki panjang 113,4 meter, lebar beam 12,5 meter, berbobot standar 2.200 ton, dan bobot bermuatan penuh 2.900 ton.
Menggunakan mesin penggerak dua unit boiler steam Babcock & Wilcox, dua set steam turbine Werkspoor-English Electric, menghasilkan 30.000 shp (22.000 kW) dan menggerakkan dua propellere shaft. Dengan sistem propulsi tersebut kapal dapat melayar dengan kecepatan 28,5 knot atau 52,8 km/jam.
Persenjataan yang dipasang pada Van Speijk di awal pembuatannya adalah kubah meriam berlaras ganda yang ditempatkan di dek depan berupa dua Meriam Mark-6 kaliber 4,5 inci (113 mm), dua set SAM quadruple SEACAT yang dipasang di atas atap hangar pesawat helikopter.
Satu set Limbo Mortar untuk anti-kapal selam. Untuk sistem manajemen tempur kapal ini dilengkapi dengan sistem SEWACO V. Hanggar dapat menyimpan satu unit pesawat helikopter jenis Westland Wasp.
Untuk perangkat sensor, kapal dilengkapi dengan radar jarak jauh untuk mendeteksi obyek udara LW-03 dari Signaal (HSA), radar pengawas jarak menengah untuk obyek di udara/permukaan DA02, radar kendali petembakan senjata M44 dan M45 untuk mendukung misil Seacat dan persenjataan kapal. Perangkat sonar untuk versi serang Type-170B dan sonar deteksi bawah air Type-162. Awalnya kapal ini diawaki oleh 251 personel pelaut, lalu dikurangi menjadi 180 personel pelaut.
Diera 1970an semua fregat kelas Van Speijk mengalami program modernisasi dengan menerapkan beberapa sistem yang digunakan pada fregat baru kelas Kortenaer. Misalnya, meriam kaliber 4.5 inci diganti dengan satu unit meriam OTO Melara kaliber 76mm. Kapal ditambahi peluncur misil anti-kapal permukaanHarpoon.
Hangar pesawat diperluas sehingga dapat untuk memfasilitasi helikopter jenis Westland Lynx. Untuk peperangan anti-kapal selam, Limbo Mortar di ganti dengan peluncur torpedo triple Mk 32. Radar Signaal D02 diganti dengan versi D03, Sonar buatan Inggris diganti dengan Sonar buatan Amerika dari EDO Corporation jenis CWE-610.
Pelaksanaan modernisasi tersebut dilaksanakan di Galangan kapal di Den Helder, sejak 24 Desember 1976 hingga 3 Januari 1979.
Selama dioperasikan oleh TNI Angkatan Laut dan bernama KRI Slamet Riyadi (352), kapal ini telah menjalani program modernisasi karena adanya masalah pada sistem propulsi, mesin lama di ganti dengan dua unit mesin diesel Caterpillar 3616 berkekuatan 14.600 shp atau 10,9 megawatt. Selain itu, dilakukan penggantian sistem senjata, misil Seacat diganti dengan misil Simbad varian laut dari misil anti-pesawat udara Mistral.
Misil Harpoon yang sudah kadaluwarsa diganti dengan 4 peluncur misil permukaan-ke-permukaan buatan Cina C-802. Senjata untuk anti-kapal selam berupa dua set triple tube launcher torpedo.
Pesawat Helikopter yang dioperasikan oleh KRI Slamet Riyadi adalah dari jenis NBO-105C.
Kapal fregat KRI Slamet Riyadi secara resmi di pensiunkan dari dinas operasional (decommissioned) bersama lima kapal lainnya pada tanggal 16 Agustus 2019.
Setelah dipensiunkan, menurut berita bahwa meriam utama dari kapal ini berupa meriam OTO Melara kaliber 76mm dipindahkan ke Pusat Latihan Senjata Angkatan Laut di Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.
Sedangkan kerangka kapal pada Juni 2020 di tenggelamkan di perairan Karangasem, Bali dan akan di manfaatkan sebagai tempat atraksi menyelam.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!