Wahana Udara Nirawak Pendamping (MUM-T)

Man Unmanned Teaming (MUM-T)

Wingman Drone buatan Australia, source: techcrunch.

Wahana udara nirpilot pendamping berupa tandem antara pesawat tempur berawak dengan pesawat tanpa awak (MUM-T) terus dikembangkan. 

Wahana Udara Nirpilot Pendamping atau lazim disebut Man Unmanned Teaming (MUM-T) berawal dari percobaan terbang pesawat helicopter dengan wahana tanpa awak berukuran kecil, terus dikembangkan hingga pesawat tempur dengan drone yang lebih canggih.

Strategi penerbangan tandem antara pesawat berawak dan pesawat tanpa awak diawali pada tahun 2013. 

image: Twitter (Charles Forrester)

Wahana udara nirpilot pendamping, kemudian oleh United States Army Aviation Centre (USAACE) didefinisikan menjadi MUM-T (Man-UnManned-Teaming), yaitu: ‘Pelaksanaan sinkronisasi pasukan, wahana berawak dan tidak berawak untuk wahana udara dan darat, robotic, dan sensor untuk mencapai peningkatan situasi saling pengertian, keampuhan yang lebih tinggi, dan tingkat keselamatan yang lebih baik’.

Wahana udara nirpilot drone XQ-58A Valkyrie pernah di uji kemampuan di medan uji US Army Yuma, Arizona pada bulan Maret 2021.  Drone tersebut diminati oleh USAF untuk program MUM-T.

Drone tersebut dianggap dapat menjadi ‘wingmen’ bagi pesawat tempur berawak pada masa mendatang. Wahana udara nirpilot pendamping tersebut dapat dimuati perangkat peperangan elektronika untuk melakukan jamming atas sinyal elektronik pihak lawan, serta dipersenjatai misil untuk menyerang.  

XQ-58A Valkyrie, image: airforcemag.com

Sebelumnya, ditempat yang sama, dilakukan pelaksanaan uji bulan Desember 2020, terlihat wahana udara nirpilot pendamping XQ-58A Valkyrie terbang bersama pesawat tempur F-22 dan F-35.

Uji terbang MUM-T antara drone dengan pesawat F-22 dan F-35 merupakan upaya bagi USAF untuk mendapatkan apa yang mereka sebut sebagai ‘secretive Next Generation Air Dominance (NGAD) platform.’  

Bahkan kemungkinan selanjutnya konsep tersebut akan di terapkan pada B-21Raider yang sedang dalam tahap pengembangan.  B-21 Raider merupakan pesawat pembom besar yang dikembangkan oleh pihak USAF bersama pihak industri Northrop Grumman. 

wahana udara nirpilot pendamping
Ujicoba XQ-58 Valkyrie dengan F-22 Raptor dan F-35 Lighting, image: aerotime.aero

Untuk merealisasikan konsep MUM-T ini memang tidak sederhana dan mudah.  Bagaimana seorang pilot pesawat tempur mengendalikan dua wahana udara dalam waktu yang bersamaan.

Untuk mendidik dan melatih seorang pilot tempur tidaklah mudah. Kualifikasi pilot tempur cukup sulit dan melalui sebuah proses panjang. 

Pengalaman awal saat diperkenalkannya pesawat tempur F-16 dengan sistem interaksi ‘human-machine’, dari 218 pilot tempur yang berpangkalan di pangkalan udara USAF Torejon, Spanyol, tidak sampai 20 persen yang dinyatakan lulus. [International Defence Review] – Catatan: kebanyakan dari pilot-pilot tersebut sudah memiliki standard “ACE”.

Pilot Pesawat Tempur, image: thetimes.co.uk

Wahana Udara Nirpilot Pendamping Menjadi Beban Kerja Pilot

Pilot akan konsentrasi dalam menerbangkan pesawatnya, juga bertindak sebagai communication nodes bagi sekutunya, melakukan operasi peperangan elektronika dengan melakukan jamming atas radar musuh atau sinyal komunikasi lainnya.

Mengoperasikan sistem persenjataann yang dibawanya.  Lalu, pilot tersebut harus mengendalikan drone – wingmen – baik sebagai sarana pengintai ataupun sebagai decoy – mengirim sinyal palsu yang dapat ditangkap pihak lawan.

Hal ini dapat menjadikan beban kerja pilot semakin tinggi dan harus juga menjadi perhatian bagi para penyusun strategi.  Setidaknya dalam mengendalikan wingmen-nya harus mendapat kejelasan didalam pengaturan taktik dan strategi – terhadap beban kerja pilot.  Berbeda dengan awak pesawat helicopter yang jumlah awaknya dapat lebih dari satu pilot, dan kecepatan terbangnya juga relatif lebih rendah.

Pilot and Tablet Device controlling MUM-T, image: thedrive.com.

Kecenderungan otomatisasi dalam dunia penerbangan setidaknya akan menjadi beban mental kerja bagi seorang pilot, terlebih lagi pilot pesawat tempur, sebagai pekerjaan rutin dalam bermanuver taktis.

Seorang pilot tempur akan dibebani juga dalam melaksanakan pengendalian persenjataan yang dibawanya sesuai dengan scenario tempur yang akan dilaksanakan. 

Diperlukan pengkajian mendalam tentang kognitif beban kerja (PCWL – Pilot’s Cognitive Workload), karena akan berpengaruh kepada tampilan kemampuan yang dituntut untuk mencapai ‘zero error’ (error intolerance environtment). 

Guna memonitor beban kerja pilot tempur, pihak yang berwenang memang mengupayakan langkah-langkah untuk memonitor dan mempersiapkan para pilot untuk dapat melakukan misi terbang termasuk terbang MUM-T.

Hal tersebut antara lain dengan alat pengkaji kemampuan dan kondisi otak melalui perangkat seperti spectral spectral Electroencephalographic (EEG) yang fiturnya diekstraksi untuk mengkaji beban kerja dinamik pilot (normal, moderat, tinggi, dan sangat tinggi), dan di monitor oleh National Aeronautics and Space Administration-Task Load Index (NASA-TLX)  dan digunakan untuk validasi temuan kognitif. 

Ada lagi yang disebut sebagai proses lanjut setelah EEG berupa teknik perhitungan terbalik hasil EEG berupa; Standardized Low-Resolution brain Electromagnetic Tomography (sLORETA) dilakukan untuk memahami koheren beban kerja dan aktifitas jaringan syaraf yang berkaitan dengan lobus otak (bagian dari otak besar). 

Wahana Udara Nirpilot Pesawat dan Drone

Pesawat tempur yang sudah memasuki generasi ke-5 dan akan berlanjut ke generasi berikutnya, memiliki kecepatan terbang yang cukup fantastis, sehingga melebihi kecepatan suara. 

Untuk menyiasati faktor kecepatan jelajah terhadap penetapan target tembak maka disediakan sarana radar pencari sasaran yang dilengkapi pengidentifikasian kawan atau lawan, dilanjutkan dengan penguncian sasaran dan penembakan dilakukan dengan sistem pemandu.

Dengan kehadiran drone yang akan bertindak sebagai wingmen dalam terbang bersama, diatur scenario bahwa wingmen akan terbang didepan pesawat pengendalinya.  Maka drone harus memiliki kecepatan jelajah yang setara dengan pesawat tempur modern. 

Drone sebagai wingmen juga dijadikan sebagai umpan bagi perangkat sistem anti-serangan udara, maupun untuk mengecoh pesawat tempur lawan.

Melalui program Skyborg, USAF melalui laboratorium penelitiannya terus berupaya agar program terbang MUM-T ini menjadi suatu kenyataan. Drone sebagai wingmen yang dikendalikan dengan artificial intelligence telah mereka uji pada bulan April 2021 yang lalu. 

Bahkan pihak DARPA telah membuat kemajuan pada program X-61A Gremlin. Uji terbang telah dilakukan pada bulan Oktober 2021.

Pihak USAF telah mengadakan kontrak untuk pembuatan drone XQ-58A Valkyrie dan MQ-20 Avenger kepada industri kelas menengah Kratos dan General Atomics.  Sementara raksasa Boeing membuat drone X-37B Orbital Test Vehicle.

Angkatan Udara Australia kini masih terus mengevaluasi drone yang dibuat oleh Boeing Australia (Boeing Defence, Space & Security), berupa Boeing Airpower Teaming System (ATS) atau dikenal dengan sebutan ‘Loyal Wingman Project’. 

Drone ini memiliki kecepatan subsonic (sama dengan kecepatan suara) atau <0,8 mach (<609 mil/jam).

Dapat dibayangkan bahwa pilot pesawat tempur dengan kecepatan diatas satu kali kecepatan suara harus mengendalikan drone dengan kecepatan seperti diatas dalam kondisi waspada tempur.

MQ-20 Avenger, image: ga-asi.com

Penutup

Dalam berbagai operasi drone yang dilakukan beberapa dekade ini, telah disaksikan begitu banyaknya korban yang tidak berkaitan dengan pertempuran wafat dengan sia-sia karena ‘salah sasaran’ dari drone. 

Drone yang melakukan ‘salah sasaran’ dikendalikan oleh operator yang duduk dalam ruang berpendingin, tanpa beban maneuver dan tanpa beban ancaman adanya bahaya dari kejaran tembakan musuh. 

Operator drone yang nyaris tanpa beban tempur, dapat membuat kesalahan fatal terhadap jiwa manusia maupun material,  Apalagi bila drone penghancur dikendalikan oleh seorang pilot tempur yang sudah memiliki beban kerja tinggi.

Kita tunggu dan lihat saja perkembangan dari ambisi MUM-T ini.  Semoga tidak menambah jumlah collateral damages.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Gimana menurut Lo?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mengenal Sigma Class Maroko

Brigade Stryker Untuk Pasukan AS di Eropa