Anti Drone

Drone Killer

Drone atau wahana udara tanpa awak merupakan wahana yang saat ini sering digunakan oleh “angkatan bersenjata” untuk dilibatkan dalam “pertempuran”, bukan saja untuk pengintaian tetapi juga untuk membunuh yang disebut sebagai target atau lawan.

Sejak dipersenjatainya drone ini dengan roket hingga misil, sudah tidak terhitung kejadian penyerangan ataupun pembunuhan yang salah sasaran dan hanya dianggap sebagai efek sampingan atau collateral damage yang tidak ada artinya, dan tidak ada pihak yang memprotes.

Bahkan sekarang ini drone akan dimanfaatkan sebagai wing-plane dari pesawat tempur dengan konsep operasional yang disebut sebagai MUMT atau “Manned-Unmanned Teaming, yaitu konsep suatu operasi udara yang mengkombinasi kekuatan masing-masing platform udara guna meningkatkan kewaspadaan.

image: Twitter (Charles Forrester)

MUMT juga berguna untuk memberikan kemungkinan bagi angkatan bersenjata melakukan operasi dukungan tempur termasuk untuk kegiatan misi intelijen, pengawasan wilayah dari udara, dan pengintaian (ISR).

MUMT merupakan operasi udara yang menggabungkan pesawat tempur/helicopter tempur dengan drone yang bertindak sebagai wingman. Dimana drone dikendalikan oleh pilot pesawat atau awak pesawat pada helicopter.

Berangkat dari pengalaman bahwa drone kini menjadi wahana yang berbahaya, maka pihak angkatan bersenjata juga memerlukan suatu perangkat yang dapat mendeteksi akan adanya kedatangan drone kesebuah wilayah pertahanan.

USMC Drone Killer, source.

Sarana deteksi drone selanjutnya dilengkapi juga dengan sarana anti-drone.

Sistem deteksi dan anti drone kini sudah menjadi standar sistem pertahanan udara bagi beberapa Negara. Industri yang memproduksi perangkat deteksi dan anti drone juga terus kebanjiran pesanan.

Industri yang bergerak dalam bidang perangkat pendeteksi drone dan anti drone antara lain Anduril. Industri itu juga memproduksi drone, perangkat lunak untuk pendeteksian, dan perangkat lain yang terkait.

Lynx Anti Drone System, source

Ada lagi industri bernama DOT CON yang mengembangkan sarana anti drone dengan nama LYNX ANTI-DRONE yang produksinya sudah banyak terpasang di perbatasan Negara Amerika Serikat sejak mendapatkan kontrak proyek Pengamanan Perbatasan.

Sistem berupa radar, sistem observasi jarak jauh dan radio frequency jammer berkekuatan tinggi; berfungsi sebagai pendeteksi, pengenalan, identifikasi, dan melakukan penetralisiran target (identify and soft/hard kill flying objects).

Umumnya sistem deteksi dan anti-drone dapat dioperasikan tanpa henti dalam tujuh hari dalam seminggu dan 24 jam per hari (7/24). Dapat di instalaso secara permanen, portable atau mobil. Menggunakan kamera thermal untuk pengidentifikasian jarak jauh.

AUDS (Anti-UAV Defence System), source.

Adalagi industry Blighter Surveillance System yang memproduksi pendeteksi drone AUDS (Anti-UAV Defence System), yang terdiri dari sarana deteksi Blighter A400 Series Air Security Radar, sistem penjejakan Hawkeye DS dan EO Video Tracker, penetralisir Directional RF Inhibitor.

Dari India ada sistem anti-drone, smart air launched weapon, dan radar modern untuk tidakan balasan kreasi dari DRDO (Defence Research and Development Organisation) – semacam DARPA Amerika atau DSTA Singapura. Anti drone untuk menghadapi target udara milik India terdapat dua pilihan, “soft kill” dan “hard kill”.

India juga memiliki drone-anti-airfield yang dapat menghantam target dari jarak 62 mil.

Berita terakhir (14 Desember 2021), DRDO telah mengembangkan sistem anti-drone terbarunya dan telah diserahkan kepada pihak Angkatan Bersenjata India oleh Menteri Pertahanan Rajnath Singh.

NADS counter drone India, source.

PERANCIS memiliki anti-drone berupa kanon bertenaga laser yang sudah teruji. Sistem tersebut selain untuk kepentingan pertahanan udara, juga ditujukan untuk pengamanan Paris Olympic Games 2024. Pengujian sistem dilakukan di pesisir Atlantik, Barat Daya Perancis.

Dalam pengujian, sistem dapat mendeteksi obyek berupa drone komersial berukuran kecil pada jarak 3 kilimeter, menjejakinya dan menghancurkannya dengan kanon laser pada jarak satu kilometer dari posisi kanon.

Sistem dikembangkan oleh perusahaan startup lokal CILAS. Diperuntukan bagi pengamanan pangkalan militer, instalasi nuklir, dan obyek lainnya dari ancaman drone yang terbang rendah dan lolos dari deteksi radar pertahanan udara.

Cilas Anti Drone, source.

Selanjutnya Perancis akan mengembangkan kanon gelombang magnetik guna menghadapi ancaman drone yang semakin canggih seperti kawanan drone (swarms of drones) yang sudah dikembangkan terlebih dahulu – bersamaan dengan pengembangan konsep operasi udara MUM-T.

Pentagon Amerika Serikat sudah menyerahkan sistem anti-drone berupa portable drone killing system bagi pihak Korps Marinir untuk menghadapi ancaman drone sejak tahun 2018.

Sistem yang dioperasikan oleh Marine Corps itu disebut sebagai Ground Base Air Defense (GBAD) Counter-UAS, yang sudah dikembangkan eberapa tahun sebelumnya.

Marines Drone Killing System, source.

Sistem terdiri dari kombinasi S-band radar RADA RPS-42, EW System Siera Nevada Modi, visual sensor dari Lockheed Martin, dan anti-drone Coyote dari Raytheon.

Sistem dipasang pada dua unit kendaraan, M-ATV (MRAP-All-Terrain Vehicle) produksi Oshkosh yang mengusung sistem senjata untuk melumpuhkan drone, dan kendaraan taktis ringan MRZE produksi Polaris yang mengusung perangkat radar dan pendukungnya (sentry tower).

Sentry tower terdiri dari radar dan sensor optic yang tertanam pada inti computer yang memproses data melalui algoritma mesin, guna mendeteksi, mengenali dan menjejaki target.

Anduril Counter Drone, source.

Anduril Counter Drone

Berita paling mutakhir adalah dengan adanya tambahan pesanan sistem anti-drone dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikan kepada perusahaan teknologi pertahanan ANDURIL Industries yang berkedudukan di California senilai 1 milyar dollar untuk paket sistem dan pengintegrasian kontra-drone (C-UAS/ /Counter Unmanned Aircraft Systems) bagi Komando Operasi Khusus (SOCOM).

Hal tersebut ditegaskan dalam pengumuman dari perusahaan tersebut pada 24 Januari 2022. Kontrak tersebut diharapkan akan selesai pada tahun 2032 mendatang.

Sistem anti-drone Anduril memanfaatkan sistem operasi Lattice Artificial Intelligence (Lattice = molekul-molekul atom) dan jaringan sensor yang mampu melakukan pendeteksian secara mandiri, mengenali dan menjejaki target pada garis batas area tempur dan memberikan peringatan adanya ancaman untuk selanjutnya meneruskan pendeteksian hingga target dilumpuhkan dengan tenaga kinetic setelah target dikunci oleh Anvil Interceptor.

ANDURIL merupakan pemasok sistem anti-drone yang dipasang pada parameter perbatasan Amerika Serikat dengan Mexiko, berdasarkan kontrak pada tahun 2017 bagi keperluan US Customs and Border Protection.

Anduril Industries

Anduril Industries merupakan badan usaha pendukung teknologi pertahanan dengan misi mentransformasi kemampuan teknologi mutakhir bagi Amerika Serikat dan sekutunya. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, termasuk artificial intelligence, computer vision, sensor fusion, optic dan otomatisasi, bagi kemampuan pertahanan untuk menghadapi tantangan dibidang keamanan nasional yang kompleks.

Kehadiran drone dewasa ini memperluas khasanah peperangan, dimana drone-drone yang canggih dapat dikendalikan dari jarak yang sangat jauh dengan membawa persenjataan yang mematikan dan dapat menimbulkan korban yang cukup besar.

Tidak berlebihan apabila pemanfaatan teknologi dikembangkan juga untuk menciptakan anti-drone sebagai upaya perlindungan diri bagi sistem pertahanan wilayah sebuah Negara berdaulat.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Gimana menurut Lo?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kapal Patroli Cepat 57 (FPB-57)

Keberadaan Kendaraan Taktis (Rantis)