Loyal Wingman Baru Pesawat Tempur Jepang

Menindak lanjuti program X-F Future Combat Fighter atau Next Generation Fighter, Jepang kini aktif dalam pengembangan drone versi Loyal Wingman Jepang khusus untuk operasi MUM-T bersama pesawat tempur yang sedang dikembangkan tersebut.

Drone yang dikategorikan sebagai armed drone tersebut rencananya dikembangkan bersama dengan pihak Amerika Serikat.  Drone loyal wingman Jepang tersebut akan terbang di depan pesawat tempur yang mengendalikannya.

Dengan bantuan artificial intelligence, drone dapat mengetahui berbagai rintangan/terrain yang ada di depannya, melakukan perhitungan kondisi cuaca, mendeteksi adanya pesawat pihak lawan maupun serangan misil dari berbagai arah.

Drone Tacom dibawa oleh pesawat tempur F-15 Jepang

Sebelumnya Angkatan Udara Pasukan Beladiri Jepang (JASDF) mencoba melakukan latihan terbang MUM-T dengan menggunakan pesawat tempur yang mereka miliki dan terbang versama drone MQ-9 Reaper produksi General Atomic. Drone tersebut dapat dipersenjatai dengan misil seperti AGM-114 Hellfire atau AIM-9 Sidewinder.

Kini JASDF melakukan berbagai percobaan pada Drone buatan SUBARU Corporation (dahulunya bernama Fuji Heavy Industries) yang disebut sebagai TACOM (TAyouto K[C]Ogata Mujinki) yang merupakan UAV multi-fungsi berukuran kecil.

Drone tersebut sudah digunakan sebagai sarana percobaan maupun operasional antara tahun 1998 hingga 2011. Dirancang untuk dapat terbang, melakukan orientasi navigasi dan mendarat secara mandiri.

TACOM telah terbiasa diuji coba terbang bersama pesawat tempur F-4EJ maupun F-15J, dimana drone dibawa oleh pesawat dengan di cantelkan pada hard-point dibawah sayap.

Tacom UAV milik JASDF ini pernah diperlihatkan di Pangkalan Udara Gifu di kota Kakamigahara pada 25 Oktber 2016.

Di era 1990-an Jepang telah mencoba bereksperimen untuk mengoperasikan drone yang diterbangkan dari udara (air-launched drone), percobaan menerbangkan drone dari udara dengan mengusung drone menggunakan pesawat udara jenis pesawat tempur.

Pesawat yang digunakan untuk meluncurkan drone tersebut dipilih pesawat tempur F-4EJ. Uji dapat berjalan dengan baik. Di tahun 2004 Jepang kembali mencoba menerbangkan drone dalam program Proyek “verification of unmanned aerial vehicle system”. Konsentrasi program ini pada penyempurnaan teknis untuk flight control. Uji coba yang dilakukan pada tahun 2009 membuahkan hasil yang baik.

Berikutnya, Drone TACOM yang diperkirakan memiliki panjang 5,2 meter dan tinggi 1,6 meter ini, ditahap berikutnya diterbangkan dengan menggunakan pesawat tempur F-15D/DJ.

Mesin yang digunakan pada drone TACOM berupa mesin turbojet 382-10J buatan Amerika Serikat, mampu terbang dengan ketinggian mencapai 12.000 meter dari permukaan bumi.

Drone TACOM dilengkapi dengan navigasi hybrid GPS/ADS, sistem pemantauan gambar yang dapat meng-capture gambar walaupun dalam kondisi cuaca yang buruk. Sementara drone TACOM belum operasional, JASDF mengoperasikan drone “Scan Eagle”.

Menurut sementara pihak, pengembangan kekuatan Udara Jepang selain dalam upaya modernisasi dan peningkatan kekuatan pertahanan, juga merupakan reaksi atas perkembangan situasi kawasan.

Modernisasi kekuatan Angkatan Bersenjata serta perhitungan hakikat ancaman bagi keamanan nasional Jepang telah dituangkan dalam “Buku Putih Pertahanan Jepang tahun 2021.”

Pengembangan Yang Simultan

Pihak Kementrian Pertahanan Jepang menekankan untuk program pengembangan drone – yang merupakan kegiatan terpisah dari Program F-X Next Generation Fighter – agar dapat sejalan dengan rentang waktu yang di canangkan untuk pengembangan Pesawat tempur yang merupakan program utama.

Rentang waktu untuk pengembangan drone loyal-wingman ini diharapkan dapat masuk ke tahap validasi teknologi pada tahun 2024, dan pengembangan akhir pada tahun 2025. Dengan catatan semua kegiatan uji dapat berhasil dengan lancar.

Selanjutnya drone loyal-wingman dapat masuk ke tahap produksi masal dengan kemampuan operasi terbang MUM-T pada tahun 2035, bersamaan dengan jadwal produk Program Pesawat Tempur F-X.

Pesawat Tempur F-2 Jepang

Sebagai tambahan dari kemampuan membawa perangkat sensor, drone loyal-wingman dalam operasi terbang MUM-T juga dapat dipersenjatai dengan misil udara-ke-udara untuk menghadapi target udara.

Dalam pengembangan hingga tahap pembuatan drone loyal-wingman ini, SUBARU Corporation termasuk pihak yang membuat remote flight control system, Mitsubishi Heavy Industries tergabung sebagai pihak yang mengembangkan sistem datalink yang akan menghubungkan antara Pesawat Tempur berawak yang berfungsi sebagai pengendali dengan drone loyal-wingman.

Sementara sarana artificial intelligence (AI) yang akan dipergunakan pada drone loyal-wingman, pengembangannya dilakukan oleh pihak Kementrian Pertahanan, oleh badan yang bernama The Ministry of Defence Acquisition, Technology and Logistic Agency.

Guna mendukung kegiatan penelitian remote flight control, pihak Kementrian Pertahanan Jepang telah berinvestasi sekitar US$24,29 juta, dan untuk AI yang merupakan bagian dari seluruh program dialokasikan dana sebesar US$1,94 juta.

Harapan akhir untuk drone loyal-wingman TACOM adalah menjadi drone yang sulit dideteksi lawan karena diproduksi menggunakan teknologi stealth, berfungsi sebagai sarana kawal serbu, sarana peperangan eektronika/Pernika, sebagai sarana tempur udara nir-awak, target drone, dan sebagainya.

Dalam arti luas, drone loyal-wingman sebagai sarana pendukung peperangan udara akan memiliki peran sebagai perpanjangan sarana sensor, arsenal udara, dan sebagai decoy.

Drone akan membidai situasi udara dan menyampaikannya kepada pesawat berawak yang didampinggi nya – termasuk data sasaran -, misil yang dibawanya siap untuk diaktifkan, dan melakukan antisipasi terhadap serangan misil yang dilakukan pihak lawan.

Secara teori terlihat mudah untuk dilakukan, namun dalam prokteknya tentu masih sulit diterka. Pesawat tempur yang terbang dengan kecepatan tinggi, pengendalian instrument harus secermat mungkin, dengan sekuen yang ketat dan singkat, melakukan pengendalian atas pesawat yang ditumpanginya, dan juga mengendalikan drone yang berfungsi sebagai wingman.

Ada juga teori yang beranggapan bahwa dengan perangkat sensor serta persenjataan yang canggih, dan “smart” control algorithms, sarana pendukung tempur berupa drone loyal-wingman akan sangat membantu misi tempur di udara.

Kita tunggu saja perkembangan berikutnya.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Gimana menurut Lo?

-1 Points
Upvote Downvote

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Inilah Kendaraan Lapis Baja Baru Perancis

Update Operasi Militer Khusus Rusia di Ukraina (20/6)