Persaingan Industri Kapal Perang Korea Selatan

Industri Pertahanan Korea

Angkatan Laut Korea Selatan hingga tahun 2032 kedepan sedang dalam program pembuatan kapal-kapal perang baru, yaitu: program FFX Batch III dan IV – Guided Missile program Frigate, KDDX – Guided Missile Destroyer, dan program CVX untuk pembuatan Kapal Induk Ringan.

Program tersebut utamanya merupakan program yang akan dilaksanakan di dalam negeri oleh kalangan industri kapal, elektronika dan persenjataan. Dalam upaya mewujudkan program-program tersebut, pihak pemerintah juga akan membantu, termasuk dalam berinvestasi.

Program FFX Batch III yang jumlahnya enam kapal, pembuatannya dilaksanakan oleh industri perkapalan kelas menengah Korea selatan Samkang M&T, sedangkan rancang bangun dari kapal tersebut dibuat oleh HHI – Hyundai Heavy Industries.

Ulsan Class, FFX Batch III Frigate, image: navalpost.com

Kapal dengan bobot 3.500 ton yang disebut sebagai kelas Ulsan ini diharapkan kapal pertama dapat selesai pada tahun 2023, dan diluncurkan pada tahun 2024 mendatang. Memiliki panjang 129 meter dengan lebar/beam 15 meter, ekecepatan jelajah maksimum 30 knot.

Untuk FFX Batch IV yang akan berlangsung antara tahun 2023 hingga 2032 untuk pembuatan enam unit kapal guided missile frigate. Dibuat oleh HHI dan STX Offshore & Shipbuilding.

Sebagai catatan, FFX Batch I berupa enam unit kapal fregat dari kelas Incheon. FXX Batch II berupa delapan unit fregat kelas Daegu.

Untuk program KDDX – guided missile destroyer, diperkirakan akan diluncurkan antara tahun 2025 atau 2026. Destroyer dengan teknologi stealth ini memiliki panjang 155 meter dan lebar/beam 18,80 meter, dan draught 9,50 meter, bobot 8.000 ton.

Menggunakan sistem propulsi IEP – integrated electric propulsion, berupa dua unit motor propulsi (2×25.000 kW), dua unit generator gas turbin (2×26.000 kW, dan dua unit generator diesel (2×3.000 kW).

Destroyer KDDX dibuat oleh HHI, dilengkapi dengan senjata misil jelajah dengan peluncuran vertikal Hyunmoo-3C dan misil anti- kapal permukaan SSM-700K. Dan untuk pertahanan diri dilengkapi dengan CIWS. KDDX dibuat oleh galangan Daewoo Shipbuilding & Ocean Angineering (DSOE).

Baik fregat maupun destroyer yang sedang dan akan dibuat, dilengkapi dengan sistem radar AESA – Active Scanned Electronic Array.

Program CVX atau eksperimental kapal induk kelas ringan awalnya disebut sebagai program LPX-II (Landing Platform eXperimental II) Hangul, merupakan program ambisius Angkatan Laut Korea Selatan.

Kapal induk ini merupakan kapal yang mampu menjadi pangkalan pesawat tempur bersayap tetap maupun bersayap putar. Akan dibuat oleh HHI, dengan bobot sekitar 45.000 ton, dengan panjang 263 meter dan lebar 46,60 meter.

Mampu menjelajah dengan kecepatan 27 knot, menampung 20 pesawat tempur sejenis F-35, dan sejumlah kecil pesawat helikopter. CVX II ini akan menjadi kapal perang terbesar dalam jajaran Angkatan Laut Korea Selatan – menjadi flagship AL KORSEL, sebelumnya kapal perang terbesar mereka adalah kapan pendukung operasi ampibi kelas Dokdo.

Kemampuan: Pangkalan untuk pesawat tempur versi STOVL, Serangan ampibi, Sar tempur/SAR Laut, Operasi Maritim. Dalam operasi ampibi, CVX ini juga dapat berfungsi sebagai LPD yang dapat mengakomodasi helicopter angkut pasukan dan kapal-kapal kecil pendarat dengan didukung oleh kekuatan kapal ampibi kelas Dokdo dan LST kelas Cheon Bong.

Persenjataan: CIWS (apakah buatan LIG Next1 atau Hanwha Systems), K-SAAM Haengung, dan Torpedo acoustic countermeasure dari LIG Next1. Sistem pendukungnya berupa radar AESA rancangan Hanwha Defence, Radar S band untuk jarak jauh hingga 300km, dan X band untuk jarak pendek.

Ada kemungkinan program CVX ini hanya sebagai langkah awal pengembangan kapal induk, selanjutnya akan dibuat kapal induk yang lebih besar – apakah medium class atau heavy class.

image: Twitter

Persenjataan

Untuk senjata pertahanan titik (point defence) berupa CIWS – sistem senjata jaarak dekat, terdapat dua kandidat yang bersaing, LIG Next1 dan Hanwha Systems.

Persaingan tersebut juga terlihat dalam pameran MADEX (Maritime Defence Exposition) 2021 tahun 2021 yang lalu di Seoul, Korea Selatan. Kedua perusahaan tersebut memamerkan rancangan CIWS mereka yang diberi nama CIWS II.

Saat ini Angkatan Laut Korea Selatan menggunakan CIWS Phalanx buatan Raytheon, Amerika Serikat, dan Goalkeeper dari SIGNAAL, Belanda (Sekarang bernama Thales Nederland).

Persaingan antara LIG Next1 dan Hanwha System dari grup Hanwha Defence dalam pengajuan konsep CIWS II ini pada prinsipnya menggunakan sarana radar AESA yang sama dan senjata gatling yang juga sema dengan kaliber 30mm.

CIWS II, image: defense-arab.com

CIWS II LIG NEXT1

Produksi CIWS II ini merupakan pengemangan dari CIWS I yang sudah dioperasikan oleh Angkatan Laut Korea Selatan. Senjata utamanya berupa gatling gun kaliber 30mm dengan kemampuan memuntahkan 4.200 nutir munisi per menit.

Didukung dengan serangkaian susunan radar berupa’ satu unit radar penjejak (AESA/Active scanned electronic array), dan empat search radar AESA. Pendukung lainnya berupa satu set electro optic targeting system (EOTS) yang mencakup kamera TV, IR, LRF, serta electro optical system.

Sistem phased array radar pada senjata CIWS II ini untuk menjamin pendeteksian obyek ancaman memiliki cakupan 360 derajat dan sudut atas dan bawah yang luas. Pihak LIG Next1 menyebut CIWS II konsep mereka sebagai On-mount CIWS integrated all sensors.

Teknologi sistem radar AESA sudah diterapkan pada pesawat tempur KF-21 Boramae. Senjata yang digunakan masih tetap menggunakan gatling gun GAU-8 kaliber 30mm yang digunakan pada CIWS berkaliber 30mm lainnya.

CIWS II, Hanwha System. image: Korea Defense Blog (Facebook)

CIWS II HANWHA SYSTEM

Hampir sama dengan produksi LIG NEXT1, dengan meriam utama juga berupa gatling gun 35mm dengan kemampuan menembakan 4.200 butir munisi per menit. Dan didukung phased array radar AESA – berupa MFR/multi-function pjsed array radar, EOTS, electro optical support, dan ballistic calculator (BC) yang lebih canggih. Dengan berbagai pendukung tersebut penembakan akan lebih presisi.

Sistem secara keseluruhan memiliki banyak lekukan untuk menyulitkan cakupan radar lawan, dan pembukungkus laras juga dibuat dari bahan khusus sehingga meminimalkan radar cross-section lawan. Hanwha menyatakan bahwa sistem CIWS mereka memiliki kemampuan yang sangat cangguh, dapat menetralisir target udara yang bergerak cepat, dan multiple target.

Dukungan pemrosesan data radar juga lebih cepat, seperti diketahui bahwa phased array radar merupakan susunan beberapa antenna aktif dengan output pola radiasi directive dan sangat membantu dalam pemantauan wilayah pertahanan dengan reaksi yang cepat.

Peluru Kendali K-SAAM Haegung

Misil permukaan-ke-udara jarak menengah K-SAAM (Korea Surface to Air Anti Missile) dikembangkan dengan dasar SAM, namun untuk mengkonter serangan misil terhadap kapal perang.

Dikembangkan secara bersama oleh Agency for Defence Development (ADD) dari DAPA (Defence Administration for Program Acquisition) dan LIG Next1.

Misil ini dikembangkan selain untuk mempersenjatai kapal-kapal perang Korea Selatan yang baru, juga untuk mengganti misil sebelumnya RIM-116 Rolling Airframe Missile. Saat ini K-SAAM memperkuat persenjataan kapal perang Fregat kelas Daegu dan kelas Incheon.

K-SAAM diluncurkan secara vertical (VLS), memiliki dua model pencari sasaran – dengan radar dan infrared seeker. Jarak jelajah menuju sasaran 20 km dengan kecepatan Mach 2.

Selain itu LIG Next1 juga memasok sistem senjata Torpedo (acoustic countermeasure). Industri ini memiliki produk torpedo seperti torpedo ringan Blue Shark yang dioperasikan oleh oleh Angkatan laut Korea Selatan sejak tahun 2005.

Jenis torpedo ini dapat diluncurkan dari kapal permukaan, dari pesawat helicopter anti-kapal selam, atau pesawat pengintai/anti-kapal selam bersayap tetap. Torpedo menggunakan tenaga batere Lithium Polymer yang dapat di-charge ulang.

Agaknya industry kepal perang korea sedang terus berkembang, HHI baru saja memasok Angkatan laut Philippina dengan dua unit korvet HDC-3100. Korvet dengan panjang 114 meter dan beam 14,80 meter, draught 3,80 meter, memiliki bobot 3.100 ton. Mampu menjelajah dengan kecepatan 25 knot.

Industri strategis di Asia dalam hampir dua dekade ini berkembang dengan pesat, mampu bersaing dengan industri-industri negarayang sudah maju seperti di daratan Eropa maupun Amerika. Maju bukan saja dibidang produksi, tetapi juga dibidang penelitian dan pengembangannya.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Gimana menurut Lo?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hanwha K21-105, Tank Ringan Incaran India

Helikopter Nirawak UH-60 Black Hawk Robot