Sebagai Negara Kekaisaran yang maju dalam sektor Industri, Jepang memiliki kemampuan pemenuhan kebutuhan Angkatan Bersenjatanya (Pasukan Beladiri) dari hasil industri dalam negerinya sendiri, kecuali untk yang sifatnya politis, Jepang menerima pembelian dari Luar Negeri.
Setelah kekalahan dalam Perang Dunia ke-II dengan di jatuhkannya bom atom di kota Nagasaki dan Hiroshima, Jepang mendapat pembatasan dalam pembangunan kekuatan militer, termasuk peralatannya dan larangan ekspor produk militer dari pihak pemenang perang. Namun lambat laun larangan tersebut di perlonggar.
Di sektor kedirgantaraan, kini Jepang tengah mengembangkan pesawat tempur modern yang dikatakan sebagai Generasi ke-6, melalui program F-X Aircraft atau Next Generation Fighter Aircraft.
Pengembangan pesawat tempur tersebut dipercayakan untuk di motori oleh Mitsubishi Heavy Industries (MHI), demikian yang dikemukakan oleh Kementerian Pertahanan Jepang.
Program F-X Aircraft
Jepang memiliki ambisi untuk dapat menerbangkan pesawat tempur generasi terbaru dari program F-X Aircraft sebelum tahun 2040, namun sejauh ini pihak Kementerian Pertahanan Jepang belum membuka informasi tentang berapa biaya untuk pengembangan pesawat tempur baru tersebut.
Spekulasi berita ada yang mengatakan setidaknya program tersebut memakan biaya sekitar US$48 milyar – seperti berita yang dilansir Koran Nikkei pada Desember 2020.
Kepercayaan yang diberikan kepada pihak MHI untuk mengembangkan program F-X Aircraft karena, selain industri tersebut sudah memiliki reputasi dalam memproduksi berbagai peralatan militer bagi Angkatan Beladiri Jepang, juga dikarenakan sejauh ini pihak MHI satu-satunya pihak yang mengajukan proposal penawaran secara lengkap.
Diberitakan bahwa pihak diluar Jepang yang tertarik untuk mengembangkan pesawat tempur Next-Generation Jepang diantaranya; Lockheed Martin, BAE Systems, dan Boeing.
Seperti diketahui, pihak Lockheed Martin sudah memasok Jepang dengan pesawat tempur Generasi ke-5 Joint Strike Fighter; 105 unit F-35A dan 42 unit F-35B Lightning II sebagai pengganti pesawat tempur F-4 Phantom II.
Sementara Boeing telah memiliki pengalaman bekerjasama dengan MHI dalam pekerjaan upgrade – program modernisasi – 200 pesawat tempur armada interceptor F-15J Eagle dari Angkatan Udara Pasukan Beladiri Jepang (JASDF) senilai US$4,5 milyar.
Sedangkan untuk pesawat tempur F-X Generasi ke-6 yang akan dikembangkan ini, rencananya untuk mengganti pesawat tempur multi-peran F-2 yang diproduksi oleh MHI bekerjasama dengan Lockheed Martin.
Tidak berlebihan apabila program F-X Aircraft ini – ada yang menyebut sebagai program pesawat tempur F-3 – dikaitkan dengan perkembangan situasi regional, dimana Cina telah berhasil dalam pengembangan pesawat tempur Generasi ke-5 dan terus mengembangkan pesawat tempur berikutnya.
Demikian juga pandangan dengan operasionalnya pesawat tempur baru Russia Sukhoi Su-57.
Saat ini pihak MHI masih belum menunjuk partner dari luar Jepang untuk pengembangan pesawat tempur generasi ke-6 tersebut. Jadwal pengembangan untuk sampai ke tahap prototype diperkirakan pada tahun 2024, disusul dengan jadwal penerbangan pertama pada tahun 2028.
Mitsubishi Heavy Industries telah memiliki pengalaman dalam pengembangan pesawat tempur modern. Di pagi hari tanggal 11 Pebruari 2016, bertempat di landas pacu Nagoya, MHI telah berhasil melakukan demonstrasi darat pesawat tempur stealth yang disebut sebagai Mitsubishi X-2 “Shinshin”, pesawat tempur dengan trust-vectoring engine. Mitsubishi X-2 Shinshin merupakan kelanjutan dari program pesawat tempur ATD-X.
ATD-X hingga X-2 merupakan eksperimen penelitian dan pengembangan untuk teknologi siluman (stealth) dengan teknologi lebih modern yang dilaksanakan oleh bagian dari Kementrian Pertahanan Jepang yaitu; Technical Research and Development Institute (TRDI), untuk tujuan penelitian. Pembuatannya dipercayakan kepada pihak Mitsubishi Heavy Industries.
F-X Aircraft Bermitra Dengan Inggris
Dari berbagai berita yang ada hingga akhir bulan Mei 2022, rumor yang beredar bahwa Jepang akan mempercayakan industry pesawat dari Inggris BAE Systems sebagai pendukung atau partner dari kontraktor utama pengembangan F-X Aircraft, Mitsubishi Heavy Industries.
Gambaran kerjasama dengan Inggris terlihat saat pameran pertahanan DSEI (Defence and Security Equipment International) di London September 2021.
Dalam program pengembangan Pesawat Tempur Program FCAS yang dilaksanakan sebagai kerjasama antara Inggris, Swedia, Italia (BAE, SAAB, dan Leonardo), diumumkan bahwa Jepang akan menjadi partisipan dalam program tersebut (Dikenal juga sebagai program Tempest Fighter Aircraft).
Program Tempest yang dikepalai oleh Inggris ini merupakan pengembangan berbagai teknologi baru untuk pesawattempur yang diharapkan sudah membuahkan hasil pada tahun 2035 mendatang.
Jepang juga beranggaan bahwa program FCAS (Future Combat Air System) ini memiliki timeline yang sama dengan program pengembangan pesawat tempur Generasi ke-6 Jepang. Maka diharapkan kedua pihak dapat saling mengisi dalam pengembangan teknologi pesawat tempur yang akan dibuat.
Selain itu, antara Inggris dan Jepang sudah mengadakan koloborasi untuk pembuatan engine part dan teknologi sensor, baik untuk Program F-X Future Combat Aircraft, maupun untuk Program Tempest. Untuk program Tempest, selain BAE Systems, SAAB, dan Leonardo, juga melibatkan pihak Rolls-Royce dan MBDA.
Sementara di Jepang, untuk Program F-X Fighter Aircraft, selain MHI selaku kontraktor utama, juga melibatkan sub-kontraktor seperti IHI Corporation, Kawasaki Heavy Industries, SUBARU, Toshiba, NEC, Fujitsu, dan Mitsubishi Electric.
Pemerintah Inggris juga member keleluasaan dengan tingkat derajat tinggi kepada Jepang untuk melakukan modifikasi dan upgrade pada pesawat dimasa berikutnya, yang akan dilakukan setelah pesawat operasional oleh JASDF.
PERKIRAAN TEKNOLOGI UNTUK PROGRAM F-X
Pihak Kementrian Pertahanan Jepang maupun MHI belum membuka informasi tentang asapek teknis untuk Program PesawatTempur F-X ini, namun diperkirakan pesawat tempur Generasi ke-6 tersebut akan menggunakan dua unit mesin, sistem kendali drone (Loyal Wingman) maupun “Combat Support Unmanned Aircraft” untuk terbang MUM-T, sarana radar yang mampu menggandakan microwave weapon untuk mengecoh serangan misil musuh, serta helmet mounted VR-Style.
Pihak Mitsubishi Electric akan mengembangkan mission sistem yang canggih dan perangkat untuk peperangan elektronik, termasuk fungsi self-defence jamming. Perangkat lain berupa sistem Integrated Fire Control for Fighters (IFCF) yang memungkinkan pesawat melakukan sensor dan pentargetan misil secara bersamaan dengan tingkat keakuratan beyond visual range.
Pihak SUBARU bertanggung jawab untuk pengembangan perangkat landing system. Subaru, selain terkenal sebagai industry otomotif, juga memiliki divisi aerospace yang selama ini telah berpengalaman antara lain dalam pembuatan wing dan landing gear pesawat komersial Boeing 777.
Pesawat F-X diproyeksikan sebagai pesawat tempur multi-peran dengan teknologi Stealth dan kebal terhadap ganguan gelombang electromagnetic. Weapon bay sebagai pengganti hard-point untuk persenjataan merupakan pilihan untuk mempertinggi tingkat kekebalan terhadap deteksi sensor radar lawan.
Setidaknya terdapat enam weapon bay pada pesawat ini yang dapat mengakomodasi misil udara-ke-udara, udara-ke-darat, misil anti kapal permukaan, sesuai standar pesaat tempur multi-peran.
Masih Terus Dikembangkan
Program F-X Sixth Generation Fighter Aircraft Jepang ini masih terus berkembang secara dinamis sebagaimana perkembangan Program Future Combat Air Systems, termasuk pengembangan vector trust engine dan berbagai kelengkapan lainnya.
Sementara itu, MHI telah mempertujukkan mock-up dari pesawat yang sedang dikembangkan tersebut.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!