Sebagai sekutu utama Amerika Serikat dalam NATO adalah Kerajaan Inggris. Secara geografis kerajaan Inggris terletak terpisah dari daratan Benua Eropa, dipisahkan oleh Kanal Inggris (English Channel).
Berdasarkan letak geografis tersebut, sangat beralasan bila Inggris sejak dahulu memperkuat pertahanan laut dan memperbesar armadanya.
Dalam kancah perang modern, Inggris mengalami kenangan pahit saat sempat di bombardier oleh Jerman dalam Perang Dunia II, dan hal tersebut hingga saat ini menjadi pelajaran dalam mengatur strategi pertahanan.
Dalam hal kekuatan laut, selain Amerika Serikat, Angkatan Laut Inggris tetap mempertahankan kapal perang jenis Destroyer dengan taktik pertahanan tiga lapisnya, termasuk Kapal Induk sebagai pertahanan lapis pertama.
Perkuatan laut diposisikan pada bagian selatan kepulauan utama Inggris Raya, dengan proyeksi kearah daratan Benua Eropa.

Pangkalan Laut Utama Southampton dan Devenport (Plymouth – Sutton), didukung dengan beberapa Pangkalan Angkatan Laut seperti Portsmouth – di ambang menuju Southampton. Dipangkalan-pangkalan tersebutlah kekuatan utama Angkatan laut Inggris di tempatkan.
Di daratan Benua Eropa, Inggris memiliki barikade pertahanan dari Negara-negara sekutunya seperti (dari selatan ke utara) Portugal, Spanyol, Perancis, Belgia, Belanda, Jerman, Denmark, Norwegia, dan Swedia. Sementara di sisi barat Negara kerajaan itu adalah lautan terbuka Samudera Atlantik.
Dalam scenario menghadapi ancaman serangan peluru kendali balistik (scenario dari Russia dan sekutunya), kapal-kapal perang Angkatan Laut Kerajaan Inggris Royal Navy (RAN) harus mampu mengantisipasinya.
Tidaklah mengherankan bila beberapa jenis kapal perang RAN memiliki vertical launcher untuk SAM didaerah dek haluan.
Asumsi, saat ini RAN memiliki dua jenis kapal andalan; Fregat Type 26 dan Destroyer Type 45. Kedua kapal perang tersebut dilengkapi dengan senjata misil permukaan-ke-udara.
Destroyer Type 45 memiliki pangkalan (homeport) di Portsmouth, sedangkan fregat Type 26 di proyeksikan akan ditempatkan di Devenport, Plymouth.
Kedua jenis kapal tersebut beredevous di laut lepas selatan Brighton untuk melindungi kota London, dan sebagian mengambil posisi tengah laut di selatan Plymouth.
Dapatkah duet kapal-kapal dari jenis Fregat dan Destroyer tersebut menghadapi serangan misil balistik dari pihak oposan?
Destroyer Type 45
Destroyer merupakan kapal perang yang ditujukan untuk melakukan area defence bagi task force/group of fleet terhadap ancaman serangan udara lawan, didukung dengan kekuatan kapal induk yang memiliki kekuatan udara. Sistem pertahanan tersebut disebut sebagai kemampuan pertahanan tiga-lapis.
Bila serangan oposan lolos dari pertahanan lapisan pertama, maka lapisan kedua mengandalkan system senjata misil permukaan-ke-udara (SAM) yang terdapat pada kapal-kapal perang. Lalu, Lapis ketiga, antara lain bertumpu pada system senjata Close-In Weapon Systems (CIWS).

Kapal Destroyer juga memiliki kemampuan memborbardir wilayah pesisir/pantai, pesawat helicopter yang dibawanya memiliki kemampuan peperangan anti-kapal selam maupun anti-kapal permukaan.
Merupakan pengganti kapal perang jenis Destroyer kelas DDG Type 42 (batch 1 dan 2/HMS Birmingham, dll.) Destroyer Type 45 dikenal juga sebagai kelas D atau Kelas Daring – (guided missile destroyers). Saat ini Royal Navy memiliki enam unit Destroyer Type 45.
Kapal ini dibuat oleh galangan BAE Systems Maritime-Naval Ships antara tahun 2003 hingga 2010. Pembuatan tersebut merupakan kontrak untuk enam unit kapal dari rencana tahun 2000 yang membutuhkan 12 kapal jenis tersebut.
Kapal ini memiliki bobot antara 7.350 ton (bobot maksimum 8.500 ton), memiliki panjang (LOA) 152,40 meter, lebar (beam) 21,20 meter dan draught 7,40 meter.
Mampu menjelajah dengan kecepatan maksimum 30 knot (ekonomis 18 knot) dengan jarak tempuh ekonomis 7.000 mil laut (digerakkan dengan propulsi system CODLAG / combined diesel-electric and gas, yaitu: Diesel Wartsila dan Gas turbin Rolls-Royce).

Persenjataan yang diusung oleh Type 45 ini antara lain:
Persenjataan: Senjata Pertahanan Udara system Sea Viper dengan 48 Cell Sylver Vertical
Launching System untuk kombinasi Aster 15 (misil jarak pendek) dan Aster 30 (misil Jarak jauh), dua peluncur 4 tabung untuk misil Harpoon, Satu Meriam Utama BAE Mk 8 Mod 2 – kaliber 4,5 inci., dua kannon Oerlikon kaliber 30mm (dalam satu dudukan DS-30B), Dua CIWS Phalanx kaliber 20mm, dua minigun kaliber 7,62mm, enam pucuk Senapan mesin kaliber 7,62mm L7A2.
Menurut berita, terdapat juga Missile Launcher Sea Captor.
Fasilitas udara: Tempat pendaratan pesawat helicopter sekelas Chinook, HM2 Merlin, atau
dan hangar AgustaWestland AW159 Wildcat. Terdapat juga hangar terbuka yang mampu menampung helicopter jenis AgustaWestland HM1.
Persenjataan Udara: Heli Merlin HM2, dipersenjatai dengan empat unit torpedo anti-kapal
selam Sting Ray, atau empat misil anti kapal permukaan Sea Skua.
Atau;
satu AgustaWestland AW159 Wildcat dengan senjata 4x anti-ship missile Sea Venon. 2 unit torpedo anti kapal selam Sting Ray. 20 Martlet multirole air-Surface missile. Mk 11 Depth charges.

Sensor dan Sistem proses: Radar pantau/penjejak obyek udara SAMPSON Type 1045, radar
Pantau udara/Surveillance S1850M 3-D Type 1046. Sistem navigasi dan Integrasi anjungan Raytheon, dua unit Raytheon AHRS INS (MINS 2), Dua Radar I-band Raytheon (Type1047), satu radar E/F-band Raytheon (Type 1048), Electro Optical Gun Control System (EOGCS) Ultra
Electronics Series 2500, Technologies radar tracking system Ultra Electronics SML. Sonar Ultra Electronics/EDO MFS-7000.
Electronic Warfare & Decoy: UAT Mod.2.0, AN/SSQ-130 Ship Signal Exploitation Equipment (SSEE) Increment F Cryptologic. Exploitation system. Seagnat, Naval Decoy IDS300, Surface Ship Torpedo Defence.
Lapisan baja hull: Kevlar splinter protection, 70mm magazine/VLS.
Awak kapal: 191 personel pelaut, dapat mengakomodasi hingga 285 orang.
Untuk peperangan laut, dari enam unit Type 45, empat diantaranya dipersenjatai dengan misil Harpoon yang diambil dari frigate Type 22 yang dipensiunkan (untuk sampai tahun 2023).
Semua Type 45 dilengkapi dengan bow-mounted medium-frequency Ultra/EDO MFS-7000 sonar (mendukung operasi Heli ASW).

Persiapan menghadapi ancaman misil dari udara; Sistem decoy Seagnat berkemampuan untuk seduction and distraction radar dari misil berkendali. Selanjutnya didukung dengan infrared countermeasure.
Perkuatan lain untuk countermeasure adalah Airborne system naval decoy IDS300 – floating naval decoy system (corner reflector). Dan, active torpedo decoy system berupa surface ship torpedo defence system (SSTD).
Type 45 Destroyer ini juga tergabung dalam Standing NATO Maritime Group 1, dengan posisi tugas di Laut Utara. Atau Group 2 di perairan Bay of Biscay.
Senjata pertahanan serangan udara yang diandalkan berupa sistem SEA VIPER, memiliki kemampuan meluncurkan misil Aster untuk mencegat target udara yang bergerak cepat pada jarak lebih dari 70 mil.
Senjata ini sesuai bagi Destroyer Type 45 sebagai fungsi guided-missile destroyer. Sistem Sea Viper dirancang untuk track down dan menghancurkan ancaman target udara yang tergolong high-performance, termasuk pesawat tempur, misil jelajah, dan drone.

Sea Viper dapat meluncurkan misil Aster dengan cepat – delapan misil dapat diluncurkan dalam waktu kurang dari 10 detik, dan secara simultan kapal dapat membimbing 16 misil dalam waktu yang bersamaan.
Sea Viper merupakan program kerjasama antara Inggris, Perancis, dan Itali dengan sebutan Pricipal Anti Air Missile System (PAAMS), untuk menghadapi ancaman serangan dari udara.
Guna mengoptimalkan kinerjanya, PAAMS ini dipadu dengan radar SAMSON.
PAAMS diberi nama Sea Viper oleh Angkatan Laut Inggris (RN) pada 28 Januari 2009, setelah dipasang pada Destroyer Type 45.
Dirancang memang untuk menghadapi target udara, utamanya pesawat tempur dan misil jelajah/anti-kapal permukaan berkecepatan tinggi. Diluncurkan secara vertical, dikontrol oleh Pusat Kendali Tempur di kapal, dengan dukungan radar SAMPSON dan radar jarak jauh S1850M.

CMS, dipadu dengan Sylver missile launching system, dan tentu saja misil Aster 15 untuk jarak pendek serta Aster 30 untuk jarak jauh.
Semua informasi yang diperoleh digunakan oleh Sea Viper untuk dikaji dan menentukan prioritas target serta menghitung waktu peluncuran misil yang optimum bagi misil Aster.
Dirancang untuk menjejaki target sejak berupa Lasa X (Laporan Sasaran X), dan menetralisirnya (menghancurkan), termasuk sasaran yang terbang rendah. Menurut data teknisnya, Sea Viper dapat menjejaki 1.000 target pada jarak hingga 400 km,
Dukungan utama untuk mendapatkan informasi adalah radar SAMPSON EASA buatan BAE System Maritime. Dikategorikan sebagai radar multi-function dual-face-active electronically scanned array.

Radar Sampson
Sampson Radar ini merupakan komponen radar kendali penembakan dari Sea Viper, dapat mendeteksi segala jenis sasaran hingga jarak lebih dari 400 km, serta menjejaki ratusan target dalam waktu bersamaan.
Obyek yang dapat dipantau dari yang sebesar bola tenis dengan kecepatan hingga Mach 3, penekanan kemampuan system terhadap target hingga yang berteknologi siluman (stealth). Active array radar yang didukung dengan perangkat lunak khusus memiliki imunitas terhadap jamming pihak lawan.
Sampson menggunakan dua planar array untuk dapat mengkover lebih banyak sasaran di udara dengan memutar array sebagaimana beroperasinya radar konvensional. Perputaran radar SAMPSON 30 revolutions per menit, dengan back-to-back array.
Penggunaan array dalam jumlah sedikit menjadikan system bobotnya lebih ringan dan mudah dipasang diatas superstruktur kapal. Dengan demikian, radar juga dapat memonitor target rendah (low level atau sea skimming target).

Radar Jarak Jauh S1850M
Radar jarak jauh ini dipilih untuk melengkapi SAMPSON, merupakan versi upgrade dari radar SMART-L buatan Belanda (SIGNAAL – Thales Nederlnds).
S1850M mendetaksi obyek sasaran dari jarak yang jauh, setelah Lasa-X teridentifikasi, SAMPSON segera mengikutinya, mengikuti lintasan sasaran serta menghitung solusi penembakan misil Aster.
Untuk menyongsong sasaran, misil Aster 15 dan Aster 30 akan meluncur secara mandiri – secara cepat meninggalkan tabung luncur vertical Sylver.
Peluru Kendali (Rudal) Aster
Seperti disebutkan diatas, misil Aster 15 untuk jarak pendek dan menengah, dan Aster 30 untuk jarak pendek hingga jarak jauh. Kedua misil ini memiliki ‘terminal dart’ yang sama. Terminal dart Aster tergolong kelas ringan, memiliki daya manuver tinggi, lincah, dan dilengkapi dengan RF seeker yang canggih.
Kemampuan merupakan hasil kombinasi unik dari kendali erodynamic dan kendali direct trust vector yang disebut “PIF-PAF”, sehingga roket dapat bermanuver secara maksimal.

Aster 15 dapat meluncur sejauh 30 km dengan kecepatan Mach 3, Aster 30 dapat mencapai jarak 120 km dengan kecepatan Mach 4, dengan ketinggian terbang 65.000 kaki (19.812 meter).
Menurut bertita terakhir, Destroyer Type 45 ini akan mengalami pembaharuan pada system persenjataan anti serangan udaranya dengan menambah 24 sel silo untuk misil permukaan-ke-udara Sea Ceptor, untuk menggantikan Aster 15, sehingga seluruh 48 sel tabung peluncur Sylver A50 hanya berisikan misil Aster 30 Block II BMD, peluncur Mk 41, dan Radar 997.
Disebutkan juga bahwa Eurosam akan menyempurnakan sistem misil Aster 30. Ke-enam kapal Type 45 ini rencananya akan masuk program upgrade dalam periode tahun 2026-2032.

Frigate Type 26
Fregat Type 26 disebut juga fregat kelas City, dibuat dalam program Global Combat Ship – awalnya disebut Future Surface Combatant/FSC dari Kementrian Pertahanan Inggris yang dimulai pada tahun 1998, adapun galangan pembuatnya adalah BAE Systems Maritime – Naval Ships, bukan saja untuk Angkatan Laut Kerajaan Inggris, tetapi juga untuk AL Australia dan Kanada.
Fregat dengan peran utama untuk misi tempur anti-kapal selam, pendukung pertahanan udara, dan operasi multi peran. Dimiliki oleh jajaran RN sebanyak 8 unit. Fregat yang memiliki kecepatan maksimum +26 knot ini dapat menempuh jarak 7.000 millaut dengan kecepatan ekonomi 18 knot, diawaki oleh 157 personel pelaut.
Pencegahan di laut untuk masa yang akan datang
Delapan kapal fregat Type 26 yang mulai dibuat tahun 2017 ini merupakan pengganti fregat anti kapal selam yang sudah di pensiunkan. Fregat yang ditajamkan sebagai anti kapal selam ini, selain untuk menjaga perairan yurisdiksi Kerajaan Inggris, juga untuk melindungi Kapal Induk kelas Queen Elizabeth dari ancaman kapal selam.
Kapal ini juga dilengkapi persenjataan caliber kecil yang umum seperti SA80 GPMG yang tidak memerlukan dukungan radar maupun kendali computer, cukup ditangani oleh personil diatas deck.
Senjata untuk pertahanan terhadap serangan udara, Fregat Type 26 ini menggunakan Sea Ceptor, misil yang memiliki kemampuan menghadapi beberapa target udara pada jarak lebih dari 25 km, misil dapat menjelajah dengan kecepatan
lebih dari 2.000 mil (3.218,7 km) per jam.
Rancangan fregat Type 26 telah lolos tahap pertama pada tahun 2015, sedangkan penyerahan kapal diharapkan dapat dilaksanakan pada tahun 2023 mendatang. Kapal dibuat oleh pihak BAE System di fasilitas galangan Govan dan Scotstoun di Glasgow, Kapal Type 26 yang pertama akan diberi nama HMS Glasgow.
Dalam program FCS – Future Surface Combatant, kapal fregat Type 26 ini akan menggantikan Fregat Type 22 dan Type 23.
Type 26 diperkirakan memiliki panjang (LOA) 149,90 meter, Beam 20,20 meter, bobot 6.900 ton, disebut juga sebagai GCS (Global Combat Ship). Mampu mengakomodasi pesawat helicopter sekelas Boeing Chinook, atau dua unit AgustaWestland AW159 Wildcat atau AgustaWestland Merlin.
Radar kapal menggunakan radar pencari Type 997 Artisan 3D dan peluncur misil pertahanan udara Sea Ceptor (CAMM), dengan 48 tabung peluncur (canister) misil vertical (VLS), terdapat di depan anjungan. Peluncur misil vertical (VLS) hasil kerjasama Inggris-Perancis misil anti-kapal FC/ASW Mark 41, akan mempersenjatai fregat Type 26. Peluncur Mark 41 juga memiliki kemampuan untuk meluncurkan misil sejenis Tomahawk.
Untuk menghadapi ancaman kapal selam, fregat Type 26 memiliki rancangan hull yang akan menghasilkan kebisingan akustik yang kecil, serta dilengkapi dengan bow sonar generasi baru berupa Ultra Electronics Type 2150 dan towed array sonar 2087.
Persenjataan terdiri dari satu Naval Gun BAE 5 inci, 62-calibre Mark 45. Senjata yang lebih kecil termasuk CIWS Phalanx, dua kanon 30mm DS30M Mark 2, sejumlah minigun dan Senapan Mesin (GPMG)
Sistem propulsi menggunakan mesin Rolls-Royce yang telah di paket ulang MT30 yang digunakan pada kapal induk kelas Queen Elizabeth (CODLOG – Combined diesel-electric or Gas), sehingga setelah di paket ulang dapat digunakan pada kapal yang lebih kecil. Type 26 akan menggunakan mesin MT30 ini dengan komposisi CODLAG (Combined diesel-electric and gas), dilengkapi dengan IEP – integrated electric propulsion.
Integrated Navigation and Bridge Systems (INBS) menggunakan Warship Electronic Chart Display Information System (WECDIS) buatan Raytheon Anschütz.
Setelah fregat Type 26 nantinya dioperasikan dan diketahui secara pasti misil SAM apa yang akan menjadi andalannya untuk pertahanan terhadap serangan udara, dapat diprediksi apakah fregat ini dapat bersesuai dengan destroyer Type 45.
Tentunya perlu diperhitungkan juga jenis misil jelajah dari pihak oposan, dari jenis apa dan seberapa kemampuannya.