24 Januari 2022 yang lalu terjadi kecelakaan pesawat tempur mutakhir F-35C Lightning II milik US NAVY yang gagal mendarat sempurna di dek (slid off of the deck) Kapal Induk USS Carl Vinson di Laut Cina Selatan, dan tercebur ke laut, diperkirakan tenggelam pada kedalaman sekitar 12.400 kaki atau 3.780 meter dibawah permukaan laut.
Dalam enam bulan terakhir itu kecelakaan ini merupakan kecelakaan yang ketiga menimpa pesawat tempur generasi terbaru F-35. Dalam kecelakaan terakhir tersebut, pilot berhasil eject dan selamat, namun melukai tujuh awak deck USS Carl Vinson (CVN 70).
Pesawat yang tenggelam tersebut tentunya sangat mengkhawatirkan pihak Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, mereka takut pesawat tersebut dapat jatuh ke tangan pihak Cina.
Kekhawatiran tersebut memang beralasan, mungkin bukan saja khawatir akan terbongkarnya keunggulan teknologi yang menurut sementara pihak dianggap terbaik, tetapi juga dapat saja yang terbongkar justru titik-titik kelemahannya, sehingga nantinya akan mudah diantisipasi kecanggihannya.
US NAVY segera menurunkan CTF 75 (Commander Task Force 75) yang berpangkalan di Camp Covington, Guam, dan NAVSEA Supervisor of Salvage and Diving (SUPSALV) untuk melakukan pencarian reruntuhan pesawat tersebut, menggunakan kapal DSCV (Diving Support Construction Vessel) Picasso milik Singapura.
CTF 75 merupakan bagian dari Naval Expeditionary Forces Command Pacific (NEFCPAC).
DSCV Picasso merupakan kapal buatan Cina (China Merchant Heavy Industries/CMHI) ini dilengkapi dengan robot atau remotely operated vehicle CURV-21 yang mampu melakukan penyelaman hingga kedalaman 3.000 meter dibawah permukaan laut.
CURV-21 dari kapal DSCV Picasso ini lah yang dapat memasangkan rigging dan tali pengangkat pada reruntuhan pesawat F-35C yang tenggelam, sehingga dapat diangkat dengan crane sampai keatas kapal DSCV Picasso.
Memang saat tercebur ke laut, pesawat tidak langsung tenggelam, tetapi mengapung beberapa saat, sehingga foto maupun video-nya tampil pada beberapa social media. Sehingga lima pelaut mendapat sangsi karena dianggap menyebar-luaskan video tersebut.
Kapal Penyelamat F-35C Lighting II
DP2 DSCV Picasso merupakan kapal pendukung penyelaman yang dirancang untuk beroperasi di laut dalam. Dilengkapi dengan alat penyelaman berupa twin bell saturation system yang dapat menampung 18 personel hingga kedalaman laut 300 meter.
Kapal DSCV Picasso ini menggunakan propulsi diesel elecgtric frequency controlled, dynamic positioning system, dan memiliki offshore crane dengan daya angkut beban seberat 140 ton. Platform deck seluas 1.300 meter persegi. Kapal ini dapat mengakomodasi 130 personel.
CVM Picasso ini yang berjasa mengangkat reruntuhan pesawat F-35C dari dasar laut. Kapal jenis ini bukan baru pertama kali ini menyelamatkan pesawat F-35 yang tercebur di laut.
Sebelumnya, pada bulan April tahun 2019, kapal sejenis dengan nama DSCV Van Gogh disewa oleh pihak Amerika Serikat – atas permintaan pihak Jepang, untuk mencari reruntuhan pesawat F-35A yang jatuh dan tenggelam di Samudera Pasifik – Perairan Aomori.
Pesawat tersebut milik Pasukan Bela Diri Udara Kekaisaran Jepang. Namun pencaharian yang melibatkan banyak pihak tersebut ternyata tidak membuahkan hasil.
Kapal Van Gogh dan kapal Picasso merupakan kapal pendukung penyelaman milik perusahaan jasa yang berdomisili di Singapura.
Jatuhnya pesawat canggih generasi ke-5 sekelas F-35 tentunya menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pihak Amerika Serikat. Pesawat yang jatuh ke laut dan tidak diketemukan akan rentan menjadi kebocoran informasi.
Sementara kalangan di Amerika Serikat menaruh kecurigaan atas F-35 Jepang yang belum ditemukan bisa saja menjadi incaran pihak Russia atau Cina.
Kecelakaan yang menimpa pesawat F-35 pada saat non tempur adalah pada September 2020, F-35B USMC jatuh setelah mengisi bahan bakar ulang di udara dan clipping wing dengan pesawat tanker KC-130 di California.
Memang, hingga kini masih belum diketahui secara pasti sudah berapa unit F-35 yang mengalami kecelakaan sejak pesawat ini dioperasionalkan. Namun Negara-negara anggota NATO tetap tertarik untuk memperkuat pasukan udaranya dengan pesawat F-35 ini.
Jerman terakhir ini diberitakan tertarik untuk membeli pesawat tersebut sebanyak 35 unit.
Yang menarik dari berita ini adalah, Amerika Serikat dengan angkatan lautnya yang begitu kuat dengan besarnya jumlah armada, ternyata tidak memiliki kapal pendukung seperti kapal Picasso atau Van Gogh yang justru dimiliki oleh perusahaan Singapura.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!