China Membangun Kekuatan Maritim

image: Xinhua News Agency

Peperangan di Ukraina msih berkecamuk antara Russia dengan Ukraina yang didukung dengan endorse dana, personel, dan berbagai persejataan dari berbagai Negara Barat, khususnya sekutu Amerika Serikat.

Belum tuntas urusan di daratan Eropa, di kawasan Asia terjadi perselisihan kecil-kecilan antara Cina dan Amerika, khususnya protes-protes Cina kepada Amerika Serikat masalah kehadiran kapal perang US Navy di kawasan perairan Selat Taiwan.

Sudah beberapa tahun belakangan ini Cina memprotes kehadiran kapal-kapal perang US Navy dari Armada ke-7 Amerika yang melintas disekitar perairan Taiwan.

Sementara pihak Amerika menyatakan bahwa pelayaran tersebut merupakan hal yang rutin, bahkan ada juga alasan sebagai sedang latihan navigasi. Dan kawasan perairan tersebut diakui sebagai perairan internasional.

The Arleigh Burke-class guided-missile destroyer USS John Finn (DDG 113) (L) and the Arleigh Burke-class guided-missile destroyer USS Russell (DDG 59) move into formation alongside the aircraft carrier USS Theodore Roosevelt (CVN 71) during dual-carrier operations with the Nimitz Carrier Strike Group in the South China Sea, Feb. 9, 2021. (Reuters Photo)

Beberapa protes Cina yang terakhir diantaranya:

  • Maret 2021, kehadiran USS John Finn – DDG 113 – dari kelas Arleigh Burke Guided Missile destroyer di Selat Taiwan yang di claim oleh US Navy sebagai pelayaran rutin, diprotes oleh pemerintah Cina. Ini merupakan proter serupa yang ketiga selama pemerintahan Kepresidenan Joe Biden.
  • Mei 2021, protes atas kehadiran destroyer USS Curtis Wilbur di Selat Taiwan pada 18 Mei 2021.
  • Agustus 2021, kehadiran kapal patroli US Coast Guard Munro diperairan antara Cina dan Taiwan bersama guided-missile destroyer USS Kidd.
  • November 2021 dengan kehadiran USS Milius (Arleigh Burke-class guided missile destroyer).kehadiran kapal destroyer USS Dewey di kawasan laut antara daratan Cina dan Taiwan (26 Januari 2022).
  • Januari 2022, Cina protes atas kehadiran kapal penjelajah USS Benfold dikawasan perairan Taiwan, yang oleh US Navy dikatakan sedang melakukan pelayaran patroli rutin (freedom-of-navigation patrol).
  • Februari dan Maret 2022, Cina kembali memprotes kehadiran kapal perang US Navy USS Ralph Johnson – juga dari Arleigh Burke Class, di selat Taiwan (26 Pebruari dan 17 Maret).
  • April 2022, protes atas kehadiran USS Sampson – DDG 102 – sekelas dengan USS Milius, di perairan Selat Taiwan, US Navy mengatakan bahwa kapal tersebut sedang melakukan latihan navigasi dan di perairan internasional.
image: US Navy

Kehadiran kapal-kapal perang US Navy dari Armada Ke-7 di kawasan perairan antara Cina dan Taiwan tersebut oleh pihak Cina di anggap sebagai tindakan provokatif. Namun US Navy menganggapnya sebagai aktivitas rutin semata.

Karena Amerika beranggapan bahwa perairan tersebut merupakan perairan internasional. Sebaliknya Cina menganggap perairan tesebut sebagai territorial mereka, karena Taiwan dianggap sebagai wilayah Cina yang menyempal.

Cina beranggapan bawah secara demokratis Taiwan sebagai territorial Cina, dan dalam dua tahu terakhir ini, secara rutin Cina melakukan misi Angkatan Udara ke kawasan ADIZ Taiwan (air defence identification zone), dan ini mengakibatkan kemarahan pihak Taiwan.

Cina sendiri mengingatkan Taiwan agar lebih sensitive dengan kawasan atas hubungannya dengan Amerika Serikat.

Akankah kejadian saling protes tersebut dapat meningkat menjadi konflik. Bila diperhatikan, semua itu bergantung kepada kehadiran dan attitude pihak Amerika di kawasan tersebut.

DALIAN, CHINA – NOVEMBER 14: China’s first domestically-built aircraft carrier leaves the Dalian Shipyard for its ninth sea trial on November 14, 2019 in Dalian, Liaoning Province of China. (Photo by Wang Xizeng/VCG via Getty Images)

China Terus Bangun Kekuatan Laut

Cukup beralasan apabila Cina terus membangun kekuatan maritim maupun militernya. Ada alasan bagi Cina untuk mengambil langkah tersebut. Pertama, adanya berbagai saling protes di kawasan, kedua, menganalisa peran sesungguhnya Amerika dan sekutu-sekutunya atas apa yang terjadi di Ukaina, tidak mustahil terjadi dikawasan Asia-Pasifik.

Cina tentunya memperhatikan tidak saja Amerika Serikat, tetapi juga Jepang, Taiwan, Philipina, dan Negara-negara di kawasan yang saat ini netral, bisa saja bila terjadi konflik, akan menjadi supporter Amerika Serikat.

Guna mempertahankan diri, Cina tengah meningkatkan kegiatan industri strategis mereka guna mampu memproduksi berbagai peralatan militer, baik untuk matra darat, laut maupun udara.

Dalam upaya memperkuat Tentara Pembeasan Rakyat (PLA), Cina terus membangun kekuatan baik dalam bentuk platform maupun persenjataan.

April 2022 yang lalu, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Cina/PLAN melakukan uji peluncuran hypersonic antiship ballistic missile (ASBM) YJ-21 dari kapal perang Type 055. Hal terebut diberitakan hanya oleh beberapa media saja.

ASBM YJ-21 sendiri merupakan misil baru yang masih belum dipublikasikan karakteristik atau spesifikasinya, namun diperkirakan termasuk cold-launched missile atau misil dua-tahap yang diluncurkan dari peluncur vertical (VLS) pada kapal perang. Misil berdiameter 0,85 meter dan panjang keseluruhan 9 meter, ada yang menyebut 8,3 meter.

Kapal Perang Type 055 merupakan kapal perang Penjelajah Kelas Renhai, Angkatan Laut PLA saat ini telah mengoperasikan delapan unit kapal Type-055, dan dua unit kapal sejenis sedang dalam tahap konstruksi pada galangan kapal di Dalian, Cina, diperkirakan nantinya PLAN akan memiliki 16 unit kapal jenis tersebut.

Walau beberapa pengamat mengatakan sistem pendukung tempurnya masih tertinggal teknologinya dari sistem pihak Barat, namun ada yang menilai bahwa radar yang digunakan lebih canggih dari AN/SPY-1 passive electronically scanned array (PESA) yang dipasang pada kapal penjelaajah kelas AEGIS.

Kapal perang Type-055 memiliki perpaduan persenjataan berupa sistem radar modern dan peluncur misil vertical (VSL) yang dapat meluncurkan berbagai jenis misil seperti; misil permukaan-ke-udara, misil permukaan-ke-permukaan, dan misil anti kapal selam. VSL pada Type-055 memiliki beberapa sel peluncur yang besar dan lebih panjang ukuran tabung peluncurnya.

Persenjataan lainnya berupa Close in weapon system/CIWS serta meriam. Menurut berita, VSL untuk misil jarak pendek HHQ-10 dan jarak menengah HHQ-9, serta misil anti kapal selam Yu-8 yang dikatakan setara dengan misil milik US Navy VL-ASROC.

image: navalnews.com

Sekilas ASBM YJ-21

Misil balistik YJ-21 oleh kapalangan “Barat” disebut juga sebagai “Eagle Strike 21”. Diketahui, Cina juga memiliki missile ballistic anti-kapal perang yang berpangkalan di darat yaitu; DF-21D (CSS-5 Mod 5) dan DF-26 yang disebut juga sebagai senjata “Carrier killer” atau pembunuh kapal induk – sama juga dengan ASBM yang diluncurkan dari udara melalui pesawat pembom H-6yang telah dimodifikasi.

Misil anti kapal yang berpangkalan di darat DF-21D memiliki panjang 35 kaki (10,668 meter) memiliki jangkauan untuk sasaran sejauh 900 mil dari tempat peluncurannya, dengan intensi sasaran Kapal Induk.

Sedangkan DF-26, jangkauannya lebih jauh lagi. Sejauh ini peluncur misil terebut diusung dengan kendaraan taktis truck, pangkalannya pada pusat-pusat pertahanan di kawasan pantai.

image: hisutton.com

Beberapa pengamat menilai bahwa misil YJ-21 dirancang berdasarkan rancang bangun misil CM-401, dengan booster yang lebih besar. Namun diameter misil lebih ramping. Dengan dipersenjatai misil YJ-21, kapal perang Type-055 dapat dikatakan sebagai kapal Destroyer dengan persenjataan yang cukup menakutkan.

Beberapa analis persenjataan laut memperkirakan misil YJ-21 ditujukan bagi sasaran yang bernilai tinggi seperti kapal induk. Senjata anti-ship ballistic missile/ASBM ini diperkirakan membawa hypersonic glide vehicle (HGV) sehingga jarak jangkauannya lebih jauh dan mempertinggi keamanannya terhadap senjata anti serangan udara.

Diperkirakan YJ-21 dapat menjelajah menuju sasaran sejauh 1.500 km atau 930 mil laut. Dengan hulu ledak yang kuat daya ledaknya, misil ini dapat merusak dek landas pacu pesawat udara di kapal induk.

Perkuatan Pertahanan Wilayah Timur

Cina memperkuat Komando Pertahanan Wilayah Timur (Eastern Theatre Command – ETC) dengan berbagai peralatan tempur guna menghadapi berbagai gangguan, terutama dari kekuatan Armada ke-7 Amerika Serikat dan sekutunya. Kapal perang jenis Destroyer kelas Type 055 diperkirakan akan memperkuat ETC dalam jumlah yang cukup banyak.

Seperti mereka prediksi bahwa US Navy banyak mengerahkan kapal perang jenis Arleigh Burke-class guided missile destroyer, termasuk kekuatan Kelompok Kapal Induk Armada Ke-7.

ETC sendiri merukapan pengganti dari Nanjing Military Region, diresmikan pada 1 Pebruari 2016 dengan markas di Nanjing, dengan wilayah jurisdiksi Jiangsu, Zhejiang, Fujian, Jiangxi, Shanghai, dan Perairan bagian Timur. Selain kekuatan Laut, kekuatan darat berupa Grup Angkatan Darat ke-71, -72, -73, yang bermarkas di Fuzhou, Fujian.

Kekuatan Udara meliputi kekuatan dua Resimen tempur udara Berdiri Sendiri (BS) dan delapan divisi tempur, didukung dengan pesawat pesawat pembom jarak jauh H-6K dan pesawat tempur Su-30, J-10C (pengganti J-7), pesawat pengintai J-11, dan YUN-8.

Type 055 Destroyer. Image: eurasiantimes.com

Destroyer Type 055

Kapal perang jenis destroyer dari kelas Type-055 yang pertama diberinama Nanchang dengan nomor lambung 101, diluncurkan pada Juni 2017, dan masuk kedinasan pada Januari 2020. Sedangkan kapal kedua diberi nama Lhasa dengan nomor lambung 102 yang diluncurkan besarta enam kapal sejenis pada Agustus 2020.

Selanjutnya dua unit kapal sejenis di produksi di Dalian dan Shanghai. Memiliki bobot seberat 13.000 ton, termasuk kapal perang permukaan berukuran besar – lebih besar dari kapal perang penjelajah US Navy kelas AEGIS.

Type-055 diyakini sebagai stealth guided-missile destroyer, dalam Navy nomenclature NATO, kapal ini digolongkan sebagai Renhai Class Cruisers. Diperkirakan Cina akan mengoperasikan sebanyak 16 unit kapal kelasType-055 ini.

 

Kapal Induk China

Selain itu, Cina sedang membangun kapal induk modern Type-003. Sebelumnya Cina telah mengoperasikan kapal induk Liaoning yang merupakan refurbish dari kapal bekas Uni Soviet/Russia dengan kekuatan 24 unit pesawat tempur J-15.

Sedangkan kapal indukyang kedua adalah Type 001A yang seluruhnya dibuat di Cina, mampu mengakomodasi 36 unit pesawat tempur J-15 beserta beberapa unit pesawat pendukung dan helicopter.

Type 001A Diberi nama Shandong dengan nomor lambung 17, dikenal juga sebagai Type-002. Dibuat oleh Galangan Kapal Dalian, mulai menjalani uji laut pada 25 Mei 2017, setelah diluncurkan pada 26 April 2017, sedangkan pembuatannya di mulai pada tahun 2013.

Kini Cina sedang menyelesaikan pembuatan Kapal Induk yang ketiga, dipercaya lebih modern dan lebih besar, sementara ini dikenal dengan sebutan Type 003.

Kapal Induk Type 003 merupakan kapal induk Cina yang ke tiga setelah Type 002 Shandong, atau disebut sebagai Type 001A. Kapal terakhir ini dipercaya sebagai kapal induk modern untuk menandingi kehadiran kapal induk US Navy dikawasan Asia Pasifik.

Kapal Induk terbaru ini setelah Shandong maka disebut sebagai Type 003, merupakan Kapal Induk Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Cina (PLAN) generasi ke-2, dan yang pertama menggunakan sistem peluncuran pesawat udara CATOBAR (Catapult Assisted Take-Off But Arrested Recovery), dan catapult peluncur pesawat electromagnetic (EM), propulsinya berupa integrated electric propulsion (IEP). Dibuat di Galangan Kapal Jiangnan Group, Shanghai, sejak tahun 2020.

Sistem CATOBAR untuk memungkinkan meluncurkan pesawat bersayap tetap dengan muatan dan bahan bakar maksimum, termasuk pesawat berukuran besar dengan trust-to-weight ratio yang rendah. Umumnya sistem CATOBAR digerakkan dengan sistem uap (steam), namun menurut informasi, Cina mengembangkan CATOBAR dengan sistem electromagnetic (EM) seperti yang diterapkan pada kapal induk US Navy kelas Ferald R. Ford.

Panjang kapal keseluruhan menurut informasi terakhir 320 meter dengan lebar runway 78 meter, bobot penuh mencapai 100.000 ton. Menurut analis Angkayan Laut Robert Farley, kapal Type 003 ini merupakan kapal induk terbesar yang pernah dibuat diluar Amerika Serikat. Diperkirakan kapal induk ini dapat mengakomodasi pesawat tempur sejenis Y-15 sebanyak 40 unit atau lebih, ditambah pesawat pendukung seperti pesawat AWACS maupun pesawat angkut/transport, serta helicopter. Kapal induk ini dilengkapi dengan dua elevator di sisi kanan (starboard) guna memindahkan pesawat dari hangar ke flight deck.

Menurut prakiraan dalam analisa pihak Departemen Pertahanan Amerika Serikat, kapal induk Type 003 ini baru akan masuk kedinasan PLAN pada tahun 2024.

PERHITUNGAN MATANG
Sebagai salah satu Negara besar, Cina terus berupaya untuk mandiri dalam pemenuhan kebutuhan peralatan militernya. Sejak akhir era 1970an hingga akhir era 1980an, Cina banyak membeli produk militer Perancis, dan mengirimkan tenaga teknisi untuk belajar dan berlatih di Perancis, seperti ke industri pertahanan Aerospatiale yang saat itu memproduksi berbagai peralatan militer, dari helicopter hingga misil MM-38 Exocet. Demikian juga kerjasama erat industri pertahanan dengan Russia.

Kini Cina telah berhasil dalam memproduksi peralatan militer yang canggih, walau menurut sebagian kalangan dikatakan produk Cina banyak kurang presisi, namun pihak Amerika maupun beberapa Negara maju Eropa sangat memperhitungkan kemampuan kemampuan industri pertahanan Cina. Untuk produk konvensional, Cina bahkan membeli “Pabrik” kendaraan Truck Berat atau prime-mover dari DaimlerChrysler (kini memproduksi truck dengan nama Beiben) dan dari Renault Truck Defence (kelas Sherpa).

Hanya kemajuan industry pertahanan Cina berbeda dengan industry di Negara-negara Eropa Barat maupun Amerika yang paska era Perang Dingin banyak melakukan merger, industry Pertahanan Cina dapat mandiri dengan modal yang cukup.

PENUTUP
Dengan perubahan sistem komando dari United States Pacific Command (USPACOM) menjadi United States Indo-Pacific Command (USINDOPACOM) pada 30 Mei 2018. Dapat dianggap sebagai penajaman wilayah operasi dari regional Pasifik meluas menjadi Asia-Pasifik yang mencakup Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, dari wilayah pantai Barat Amerika hingga batas pantai Timur garis batas perairan Pakistan pada meridian 66° longitudinal bagian Timur Greenwich, serta dari kawasan Artic hingga Antartika. Kekuatan Komando gabungan matra ini setidaknya berkekuatan 375.000 personel tempur, didukung dengan berbagai perlatan militer, termasuk dukungan dari sarana satelit. Tidak mengherankan apabila kekuatan Armada ke-7 juga semakin gemuk.

Disisi lain, Cina juga memperkuat dan menyempurnakan kekuatan pertahanan militernya di kawasan Timur wilayah territorial Cina, seperti yang diutarakan sebelumnya yaitu Komando Pertahanan Wilayah Timur atau Eastern Theatre Command (ETC).

Semoga saja dikawasan ini dapat terpelihara kedamaian dengan semua pihak yang berkepentingan dapat menahan diri. Sebab kawasan Asia-Pasifik merupakan jalur logistic dunia yang sangat penting.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Gimana menurut Lo?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Frigate Kelas Formidable Singapura

SU-35S Rusia di Ukraina