UAV Orbiter Perkuat Indonesia

Industri unmanned aerial vehicle dari Israel Aeronautic Defense Systems Group menambah pangsa pasarnya, tanggal 2 Maret 2022 yang lalu Kementrian Pertahanan Singapura mengumumkan telah membeli UAV jarak dekat (CR-UAV) Orbiter 4 Untuk Angkatan Udara Singapura.

Sebelumnya, pada tahun 2020 Indonesia telah membeli UAV dari Aeronautic Group berupa YF Orbiter 2B untuk Komando Pasukan Gerak Cepat TNI Angkatan Udara, dimana pada Januari 2022 Panglima TNI mengatakan ingin segera melihat UAV tersebut beroperasi, seperti berita yang dilansir voi.id, 18 Januari 2022:

Dalam waktu dekat saya ingin melihat operasional Orbiter ini sekaligus dengan CS4,” pinta Jenderal Andika saat berkunjung ke markas Paskhas di Komplek Lanud Halim Perdanakusuma yang dilihat melalui kanal YouTube Andika Perkasa, Selasa 18 Januari 2022.

Orbiter 2 Indonesia.

UAV Orbiter 4

UAV kelas ringan atau ST UAS (small-tactical unmannded aerial system) Orbiter 4 merupakan wahana udara nirawak yang dirancang untuk aplikasi militer dan keamanan dan telah banyak digunakan di kawasan Timur-Tengah.  Dirancang dan dibuat oleh perusahaan spesialis drone Aeronautics Group, Israel.

Sebagai platform multi-misi moderen, endurance terbangnya cukup lama, efisien digunakan untuk misi pengintaian. Orbiter 4 memiliki bobot tinggal-landas 50 kg, dengan bentang sayap 5,40 meter.

STUAS Orbiter 4 ideal untuk dioperasikan dalam operasi dari darat maupun untuk pengintaian/pengawasan maritime.

UAV Orbiter 4, image: Canadian Defense Review (Facebook).

Secara simultan dapat membawa berbagai muatan/multiple payload, memperluas kemampuan ISTAR (intelligence, surveillance, target acquisition and reconnaissance) sebagai kunci kemampuan operasi militer dalam menghasilkan dan menyampaikan informasi dan kegiatan pengintaian intelijen yang spesifik bagi para pembuat keputusan di segala tingkatan, dalam mendukung perencanaan dan pelaksanaan operasi.

Dengan kemudahan penggunaannya, dukungan logistic yang sederhana, dan cukup dioperasikan oleh tiga personel, STUAS ini tidak memerlukan landasan pacu.

Orbiter 4 dirancang atas keberhasilan rancang bangun Orbiter 3 yang memiliki avionic modern, serta perangkat komunikasi dan pengendali darat yang mudah dioperasikan.

Orbiter 4 STUAS, image: Twitter.

Karakteristik dan kemampuan STUAS Orbiter 4:

  1. Muatan STUAS: Stabilized triple sensor untuk siang dan malam hari (cooled IR) dengan penunjuk laser.
  2. ISTAR, COMINT (communication Intelligence), ELINT (Electronic
  3. Intelligence), VISINT (Visual Intelligence).
  4. HDLite Photogrammetric mapping.
  5. Synthetic Aperture Radar (SAR).
  6. Maritime Patrol Radar (MPR).
  7. Light Detection and Ranging scanner (LIDAR), dan Automatic Identification System.

Unit peluncur di darat berupa kendaraan, sehingga mudah berpindah tempat peluncuran dan dapat juga unit peluncur dipasang di geladak kapal laut.  STUAS menggunakan mesin spark ignition (SI) dengan propulsi yang dapat menggunakan berbagai jenis bahan bakar.

Selain tingkat kebisingan yang rendah, UAS ini termasuk low silhouette sehingga ideal untuk operasi senyap.  Memiliki enam mode terbang yang mandiri. Dapat dioperasikan dengan navigasi dengan atau tanpa GPS atau datalink, dalam cuaca cerah maupun dalam keadaan awan mendung.

Kemampuan proses gambar: penjejakan video secara otomatis, digital zoom dan super-resolution. Video motion detection (VMD), video mosaic composition, D-Roll dan image stabilization.

UAV Orbiter, image: aionline.com

Sejarah UAV Orbiter

Diawali dengan produksi Orbiter 1K “Kingfisher” yang diperkenalkan pada tahun 2015, dapat membawa muatan bahan peledak seberat 2 kg (dikemudian hari dikembangkan menjadi loitering munition).

Varian ini dapat dikendalikan oleh operator maupun beroperasi secara mandiri melakukan pemindaian wilayah untuk mendeteksi dan menghancurkan target diam maupun bergerak.  Bila tidak mendapatkan target sasaran, UAS akan kembali ke pangkalannya untuk operasi selanjutnya.

Masa terbangnya antara 2 hingga 3 jam, dilengkapi dengan electro-optical/sensor infrared, serta hulu ledak yang unik dengan low acoustic signature – sulit terdeteksi hingga dua detik sebelum menghantam sasaran.

image: forcaaerea.com.br

Produksi berikutnya berupa Mini UAS Orbiter 2 yang compact, sistem man-portable yang dirancang untuk tingkat taktis.  MUAS Orbiter 2 telah dioperasikan dalam berbagai misi operasi militer, termasuk kegiatan intelijen, pengawasan wilayah, akuisisi target dan pengintaian. Efektif juga untuk mendukung kegiatan urban warfare.

MUAS Orbiter 2 diroperasikan dan dikendalikan dengan piranti lunak Multi Operation Aerial Vehicle (MOAV) dari Aeronatutics.  Piranti lunak ini dibuat untuk berbagai platform UAV, dan sesuai dengan interface NATO STANAG 4609.

Memiliki daya muat beban seberat 1,5 kg, data link yang terpasang dapat memperpanjang waktu operasi hingga 4 jam, dengan jarak tempuh terbang maksimum 100 km. MUAV ini compatible penuh dengan standard industry, termasuk kendali UAS NATO STANAG 4586, dan H.246 untuk video streaming.

UAAV Orbiter Indonesia, image: Aeronautics Group.

Orbiter Milik TNI

Wahana udara nir-awak dalam jajaran TNI bukanlah sesuatu yang baru.  Kini Komando Pasukan Gerak Cepat TNI Angkatan Udara memiliki UAS YF Orbiter 2B, yang merupakan realisasi pengadaan tahun 2020.

Orbiter 2B tergolong MUAV man-portable untuk diperasikan ditingkat taktis. Memiliki kemampuan ISTAR, dan dapat dikerahkan dalam peperangan dari yang intensita rendah hinga intensitas tinggi, counter-insurgency maupun urban warfare.

MUAV ini juga didukung dengan piranti lunak MOAV dari Aeronautics (interface NATO STANAG 4609).

Mampu beroperasi selama 4 jam, jarak tempuh terbang 100 km, dengan kekampuan angkut beban seberat 1,5 kg. Beban muat yang direkomendasikan oleh pabrikan berupa; D-STAMP: (CCD – charge-coupled device) stabilized Electro-Optic untuk siang hari (dapat merubah photon ke electrons).

UZ-STAMP: untuk malam hari (uncooled FLIR) stabilized. M-STAMP: dengan karena untuk siang dan malam hari. HD-Lite:Photogrammetric mapping & 3D modelling.

Memiliki ukuran bentang sayap 3 meter, bobot take-off 10,3 kg, kecepatan maksimum 70 knot, datalink line-of-sight hingga 100 km.

Tidaklah berlebihan bila kehadiran UAV/Drove dan sejenisnya dapat menjadi ancaman dalam peperangan, seperti yang diberitakan di Ukraina bahwa UAV buatan Turki dapat mengancam kendaraan lapis baja Rusia.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Gimana menurut Lo?

Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

IFV Lynx 120 Tidak Efisien?

Skadron Udara 33 Latihan Sriti Gesit Wave 1