Agaknya Amerika Serikat benar-benar memperkuat kehadiran militernya di kawasan Pasific. Sejalan dengan kebijakan pembangunan kekuatan Angkatan Bersenjata dan Doktrin Multi-Domain Operation, calon lawan yang mereka perhitungkan untuk dihadapi adalah Rusia dan Cina.
Dalam upaya menngkatkan kewaspadaan operasi di kawasan Pasifik, US Navy kini mengoperasikan wahana udara nir-awak atau Drone di kapal perang jenis Guided Missile Destroyer (DDG) yang beroperasi di kawasan Pasifik.
Drone yang baru-baru ini dikerahkan dikapal perang Armada Pasifik adalah Aerosonde HQ Small Unmanned Aircraft System dari Textron Systems. Textron System Aerosonde HQ telah dioperasikan oleh US Navy expeditionary sekitar tiga tahun belakangan ini.
Drone Textron Aerosonde yang berpangkalan di Pangkalan Laut Hershel “Woody” Williams ini dioperasikan untuk kegiatan operasi ISR – Intelligence, Survellance, and Reconnaissanse, dan memberikan dukungan operasi maritime di kawasan perairan Pasifik.

Textron memang mendapat kontrak dari US Navy untuk pengintegrasian dan pengoperasian sistem udara pada dua kapal perang Destroyer dari Armada ke-7. Satu kapal telah masuk dalam tahap pengitegrasian sistem dan pengevaluasian operasionalnya.
Dalam hal pengoperasian Drone Aerosonde HQ ini Textron bertindak selaku kontraktor yang tidak saja menempatkan drone untuk misi yang berpangkalan diatas kapal perang tetapi juga mengoperasikannya (sebagai provider of contractor-owned and operated small UAV).
Kesepakatan tersebut dikuatkan dengan dasar kontrak IDIQ (indefinite delivery/indefinite quantity), sehingga drone Aerosonde HQ tetap menjadi milik Textron.
Sebelumnya Textron juga telah melaksanakan sistem kerja dengan kontrak serupa untuk pengoperasian drone kecil ScanEagle.
Berikutnya Textron akan turut dalam menawarkan pengoperasian drone berikutnya untuk jangka waktu lima tahun dengan dasar IDIQ Contract senilai US $1,73 milyar. (USNI NEWS)
Spesifikasi Textron Aerosonde
- Bentang sayapnya 3,70 meter, panjang 1,70 meter, tinggi 0,60 meter, wing area 0,57m2, bobot operasi sekitar 18kg hingga 21kg.
- Mesin: motor bensin premium 24cc, dengan kapasitas tanki 5kg, Lycoming EL-005.
- Tenaga Batere 20 Watt-jam, dapat juga dengan 200 Watt.
- Kecepatan terbang: untuk menjelajah 80km hingga 150km/jam, untuk menanjak 9km/jam.
- Jarak tempuh: jarak >140km, durasi >10jam, Ketinggian 0,1 hingga 6km (tergantung muatannya – 100 to 6000 ma.g.l.).
- Beban muatan hingga 6,8kg.
- Navigasi: GPS
- Komunikasi: Radio UHF atau LEO Satelit. (900 MHz Radio dan Iridium satellite phone modem)
- Propeller: terletak di belakang UAV.
Pofil: dapat ekspansi SWAP – Size, Weight and Power. Disesuaikan dengan kebutuhan operasional yang akan dilaksanakan.
Dengan awak empat personel UAV dapat dipersiapkan dalam 20 menit untuk perakitan persiapan operasi. Dapat dioperasikan pada siang dan malam hari dengan kemampuan mendeteksi obyek dalam jarak jauh melalui perangkat terpasang di UAV berupa Laser Designator TASE 400 LD buatan Collins Aerospace. Juga memiliki kamera electro-optical/ infrared.
TASE 400 LD merupakan perangkat yang dirangkup dalam satu kemasan khusus (gymbal) yang dipasang dibawah badan Drone. Dapat mengamati situasi wilayah disekitarnya dengan kemampuan mentarget sasaran dalam berbagai periode penglihatan.
Paket sensor yang disebut 7 inch SWaP+T dengan hasil gambar video siang hari berkualitas tinggi, sehingga dapat melokalisir, identifikasi dan menandai target dalam jarak jauh. Memiliki diameter 7 inci, 2 axis stabilized, laser designator STANAG 3733, pemproses video SD MWIR dengan zoom yang terintegrasi GPS/INS.
Dalam jajaran militer Amerika Serikat TASE 400 LD digunakan juga pada pesawat tempur bersayap tetap dan pesawat helicopter.
Textron Aerosonde HQ merupakan drone yang diterbangkan dan mendarat secara vertical (VTOL), merupakan kelas SUAS (Small Unmanned Aircraft System). Mulai diperkenalkan dan dioperasikan pada tahun 1995. Ditahun 1997 melakukan terobosan sebagai Drone yang pertama yang terbang menyeberangi samudera Atlantik.
Textron telah berpengalaman dalam pengoperasian drone untuk militer Amerika Serikat. Untuk drone jenis Aerosonde HQ ini, Textron mengopersikan ratusan unit bagi US European Command, US African Command, dan US Central Command.
Dapat dibayangkan, dengan ratusan unit drone ini dengan kepemilikan tetap milik Textron, pihak Militer tidak direpotkan dengan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan. Drone-drone tersebut mayoritas berpangkalan di darat, dioperasikan untuk keperluan Special Operation Command (SOCOM).
Pihak US Army juga akan segera menerima drone Aerosonde HQ ini sebagai bagian dari evaluasi Brigade Combat Team – yang merupakan tahap pertama dari program Future Tactical Unmanned Aircraft System (FTUAS).

Textron Aerosonde, Perpanjangan Mata Kapal Perang di Pasifik
Pengoperasian drone Textron Aerosonde HQ di kapal perang armada Ke-7 ini merupakan Flight I dan Flight II dari Destroyer kelas Arleigh Burke yang tidak memiliki hangar, sehingga di kapal tersebut juga tidak terdapat pesawat helicopter yang ditempatkan secara permanen.
Itulah sebabnya dioperasikan drone berukuran kecil (SUAS) dengan sistem VTOL. Status pegawai Textron yang ditempatkan di kapal perang adalah sebagai contractor-owned/ contractor-operated asset (CO/CO model).
Semua data yang dihimpun oleh drone akan disalurkan langsung ke Pusat Informasi Tempur di kapal untuk dipergunakan oleh pihak awak kapal untuk mengetahui keadaan disekitarnya serta untuk perencanaan misi.

PENUTUP.
Angkatan Bersenjata Amerika Serikat agaknya memperkenalkan bukan saja perangkat keras (hardware) modern yang mereka operasikan.
Tetapi sejak dirancangnya “Perang tergadap Terror”, mereka telah memperkenalkan sistem bertempur kembali kea bad yang lalu dengan mengerahkan kekuatan tempur dari par kontraktor seperti ACADEMY (dahulu Blackwater), FDG Corp (Fort Defense Group Corporation – disebut juga sebagai “Group R”), DynCorp – yang asalnya dari dua perusahaan yang didirikan pada tahun 1946 – Land-AirInc. yang bergerak dalam pemeliharaan dan perbaikan pesawat, serta California Eastern Airways yang mengkhususkan diri dalam bisnis transportasi udara – menjalankan usaha untuk mengangkut pasukan pada masa Perang Korea, kini banyak kontrak misi “khusus” yang mereka lalukan – ditahun 1961 perusahaan ini dinamai menjadi Dynalectron Corporation, dan di era 1980 an menjadi “DynCorp.”
Ada lagi kontraktor militer dengan nama MRPI yangbdidirikannoleh pensiunan Jenderal V. Lewis, yang beroperasi dari penyewaan tenaga pasukan untuk beroperasi di Iraq, hingga bisnis penjualan persenjataan dan perencanaan konsep dan pengembangan doktrin militer di Georgia, dan masih banyak lagi perusahaan sejenis.
Akankah para kontraktor tersebut juga akan beroperasi di kawasan Asia-Pasifik. Ditunggu saja perkembangannya.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!