Reputasi ST Engineering sebagai industri peralatan militer sudah masuk dalam kancah internasional, baik produksi maupun kualitasnya.
Hal tersebut dibuktikan dengan terpilihnya kendaraan tempur ringan beroda rantai Hunter AFV dalam ajang kompetisi bergengsi untuk US Army dan USMC beberapa tahun yang lalu.
Walau tidak memenangkan kompetisi karena ‘dikalahkan’ oleh pesaingnya; GDLS – General Dynamics Land Systems yang berpasangan dengan BAE System, menawarkan tank ringan dengan dasar rancang-bangun “AJAX” menjadi Mobile Protected Firepower (MPF).
Hunter AFV maju berkompetisi dengan bendera bisnis SAIC yang berpusat di Virginia dan Singapore Technologies Kinetics.
Keputusan dari pihak US ARMY pada Desember 2018 itu tidak menjadikan pihak Singapura kecewa, mereka bahkan terus berinovasi dalam berbagai kendaraan tempur, termasuk untuk ranpur beroda ban Terrex varian 2.
Terrex 2 akan dioperasikan dalam formasi Manned-Unmanned Vehicle Team dengan UGV (unmanned Ground Vehicle), dimana pihak ST Engineering menjadikan Terrex 2 8×8 sebagai “Mothership”nya.
Sebelum diputuskan tidak terpilih, baik dalam kontes di US Army maupun di USMC, Hunter termasuk nominasi yang di unggulkan. Walau akhirnya kalah, kekalahan tersebut dapat dikatakan kalah dengan terhormat, dan merupakan kebanggaan tersendiri bagi Singapura.
Bahkan hingga kini, dalam menyiapkan prototype, pihak GDLS-BAE Systems masih mengalami banyak hambatan.
Ranpur Hunter AFV dirancang sepenuhnya oleh pihak Singapura yang terdiri dari DSTA – Defence Science & Technology Agency, Angkatan Darat Singapura, ST Engineering, serta Singapore University of Technology and Design.
Perancangan ranpur ini benar-benar dilakukan dari tahap dasar, pembuatan model dengan perangkat computer 3D CAD yang ada di laboratorium DSTA, hingga tahap pengimplementasian rancangan dengan komponen-komponen yang akan di terapkan pada ranpur tersebut.
Jadi ranpur ini tidak dirancang berdasarkan copy-paste dari produk yang suda ada. Pihak perancang mendasari pekerjaannya sebagai esensi platform militer yang diharapkan dapat dioperasikan dan upgrade dalam kurun waktu 30 tahun kedepan.
Rancang-bangun mengadopsi perancangan dan implementasi open and modular vehicle electronic architecture (VEA) dari NATO Generic Vehicle Architecture, untuk meminimalisir risiko pengintegrasian sistem dan memudahkan penyisipan teknologi masa depan agar tetap relevan dalam pengembangannya. Senua aspek teknis dan keselamatan disesuaikan dengan standar MIL-STD NATO.
Pihak Angkatan Darat memberikan masukan tentang aspek operasional, termasuk kebutuhan bagi berbagai formasi dalam unit-unit di Angkatan Darat guna mencapai tujuan inti dari kemampuan Army’s next generation.
Sementara pihak industri memberikan konsep rancang-bangun platform pada tahap pengembangan berskala penuh, hingga gambaran pada tahap produksi dan kualitas produksi.
Sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, Hunter dirancang sebagai platform dengan memanfaatkan sistem digital untuk memenuhi kebutuhan operasional dalam menghadapi pertempuran masa depan.
Ruang kemudi dilengkapi dengan beberapa layar saji data multi fungsi (baik berupa video maupun data) yang diperoleh dari kamera pada ranpur, untuk mendukung awak ranpur dalam aspek komando-kendali, manuver ranpur, dan pengoperasian persenjataan.
Data dan video juga diperoleh dari perangkat visual komandan kendaraan dan petugas petembak, sensor pengintaian, sistem data dari perangkat sensor lainnya, dan iBMS – integrated Battle Management System. Sehingga pendeteksian dan penjejakan target akan lebih efisien.
Kendaraan tempur ini mulai dikembangkan pada tahun 2006, disebut sebagai Next-Generation AFV (NG-AFV). Sampai akhirnya produk yang dihasilkan diakui keunggulannya oleh berbagai pihak baik di US ARMY maupun USMC.
Awak kendaraan dapat mengoperasikan ranpur ini dalam posisi semua tutup kubah (hatch) tertutup. Pandangan sekitar ranpur dapat dilihat melalui layar saji, sehingga personil di kendaraan dapat terlindung dari ancaman petembak runduk.
Untuk mengetahui adanya serangan tembakan lawan, Kemampuan tersebut dikarenakan dilengkapinya beberapa kamera yang dapat memberikan pandangan situasi diluar kendaraan. Selain itu, dilengkapi juga dengan laser warning system.
Pengemudi dapat mengemudikan ranpur ini dengan system drive-by-wire – mengemudi melalui sinyal elektrik. Dengan sistem tersebut, kendaraan dapat dikemudikan baik oleh pengemudi atau diambil alih oleh Komandan Kendaraan (Danran) tanpa harus bertukar tempat duduk/posisi (melalui perangkat common set of control and digital graphical user interface) yang memberikan fleksibilitas taktis bagi awak ranpur. Teknologi tersebut juga sudah diterapkan pada beberapa wahana nirawak.
AFV Hunter memiliki fasilitas Komando-Kendali, Komunikasi dan Komputer (K4), terintegrasi sepenuhnya antara perangkat keras dan piranti lunak dalam sistem iBMS – integrated Battlefield Management System, ditunjang dengan proteksi cybersecurity.
Selain itu, Hunter juga dilengkapi dengan Army Tactical Engagement and Information System (ARTEMIS), yang menjadikannya memiliki keunggulan dalam sistem konektivitas antara sub-sistem senjata dan sub-sistem komunikasi, termasuk untuk link-up dengan kendaraan tempur lain dalam koordinasi komando-kendali tempur.
Sistem yang ada pada Hunter dapat terus tumbuh berkembang, sesuai dengan perkembangan teknologi, karena dibuat dengan sistem modular sehingga dapat dengan mudah untuk ditambah atau dikurangi pada sub-sistemnya.
Karakteristik Hunter AFV
Persenjataan utama dari Ranpur Hunter AFV ini berupa kanon otomatis Bushmaster II Mk44 kaliber 30mm yang dipasang pada kubah Samson 30 berupa integrated RCWS – remote-controlled weapon station, dan senjata pendamping senapan mesin co-axial kaliber 7,62mm. RCWS dikonfigur dengan dua peluncur misil-berpemandu anti-tank (ATGM) Spike-ER, serta pelontar granad asap (8x 76mm).
Kendaraan memiliki panjang 6,90 meter dan lebar 3,28 meter, tinggi – dengan kubah 3,40 meter, bobot tempur 29,5 ton, diawaki oleh tiga personil (Danran-Pengemudi-Petembak), dan dapat mengakut satu regu (8 personel) pasukan dan peralatannya.
Mulai masuk resmi dalam jajaran Angkatan Darat Singapura pada bulan Juni 2019, menggantikan Ranpur M113 yang sudah uzur. Kehadiran Hunter untuk meningkatkan kemampuan kekuatan pasukan lapis baja dan infanteri mekanis.
Pengendalian Persenjataan Hunter AFV
Hunter AFV memiliki sistem kendali penembakan persenjataan yang dirancang untuk melakukan fungsi pengendalian persenjataan secara otomatis, serta memberikan kemampuan melakukan penembakan pada saat kendaraan berjalan dengan tingkat keakuratan yang tinggi.
Periskop pada petugas penembak berupa sistem periskop yang sangat stabil dilengkapi jendela pandang untuk siang hari, dan yang utama unit kamera thermal dan laser range finder. Sehingga sangat membantu dalam keakuratan, keefisienan penembakan pada kondisi siang maupun malam hari.
Panoramic sight untuk Danran beroperasi secara mandiri dari kubah yang dapat berotasi 360 derajat, sehingga Danran dapat melakukan pembidikan dengan tingkat akurasi yang tinggi, kemampuan akuisisi sasaran, serta kesiagaan terhadap situasi sekitarnya.
Perangkat Sensor Hunter AFV
Diatas kompartemen mesin terdapat kamera yang memberikan gambar lingkungan kepada pengemudi dengan bidang pandang 180 derajat, sementara kamera dibagian belakang kendaraan membantunya untuk mengetahui situasi dibagian belakang dan samping kendaraan.
Kelengkapan lainnya di dalam kendaraan berupa ABI (Army Battlefield Internet) standard Angkatan Bersenjata Singapura, yang memberikan fasilitas jaringan komunikasi baik suara maupun gambar bagi personil didalam kendaraan maupun berkomunikasi dengan satuan samping.
Untuk mengetahui kondisi kendaraan dan prediksi untuk pemeliharaan kendaraan, tersedia sarana yang disebut sebagai ‘onboard health and utilisation monitoring system (HUMS).
Mobilitas Hunter AFV
Power to weight ratio kendaraan adalah 24hp/ton. Kendaraan dapat melaju dengan kecepatan maksimum 70 km/jam, dengan jarak tempuh dijalan raya 500 km. Kemampuan melalui halangan vertical setinggi 0,60 meter, dapat melintas parit sedalam 2,10 meter, dan menanjak dengan kemiringan (front slope) 60%.
Hunter menggunakan mesin diesel MTU 8V-199 TE20 berkekuatan 710-HP, dihubungkan dengan transmisi hydro-mechanical infinitely Kinetic Drive Solution HMX3000.
Mesin diesel MTU 8V-199 TE20 merupakan adik dari TE21, umumnya memang diperuntukkan bagi mesin kendaraan tempur. Jenis twin-turbocharger, 90 derajat V-8, dry sump oiling.
Mesin jenis ini oleh pihak Rolls-Royce (perusahaan induk dari MTU saat ini) telah dijual ke berbagai pabrikan kendaraan tempur, digunakan antara lain pada IFV ULAN, Pizarro II, M113 upgrade, LAV Piranha dan APC Boxer.
Lapisan Hard Skin NERA
Hunter AFV oleh pengamat kendaraan tempur dianggap sebagai AFV pertama yang menggunakan bahan pelapis NERA untuk melapisi baja body kendaraan, NERA (Non-Explosive Reactive Armor atau Non-Energic Reactive Armor).
Dibagian depan kendaraan, lapisan baja melindungi dari serangan frontal autocannon. Dilengkapi juga dengan active protection system (APS) Trophy yang dirancang untuk melindungi kendaraan dari tembakan ATGM, RPG, roket anti-tank, dan proyektil munisi tank jenis HEAT (high-explosive anti-tank).
NERA hampir sama dengan ERA hanya tidak diberi isian bahan peledak pada elemennya. Isiannya berupa karet jenis khusus yang dapat meredam enerji hantaman, nyaris menyerupai spasi pada lapisan pelat baja, sehingga apabila ada hantaman, lapisan NERA ini dahulu yang terhantam sebelum mencapai lapisan baja utama.
Kelemahannya, setelah mengalami beberapa kali hantaman, lapisan NERA ini harus diganti dengan yang baru. Namun menurut beberapa pengamat kendaraan Tempur, HUNTER merupakan yang terbaik dibandingkandengan kendaraan tempur lain dikelasnya.
PRODUK LAIN DARI ST ENGINEERING
Produk Ranpur dari ST Engineering lainnya adalah Bionix, Bronco, dan Terrex yang memasuki model ke-3. Produksi ST Engineering merupakan produk Ranpur Negara Asia pertama yang digunakan oleh Negara Barat dalam pertempuran.
Angkatan Darat Kerajaan Inggris menggunakan Ranpur Warthog yang dibeli dari Singapura dengan nama asli Bronco merupakan kendaraan tempur dengan bobot 20 ton, digunakan oleh pihak Inggris di Afghanistan.
Versi Warthog memiliki penyempurnaan rancangan dengan perlindungan terhadap serangan Rocket Propelled Gun (RPG) dan Improvised Explosive Device (IED), Dan terbukti ampuh.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!